Kereta vs Truk Tangki

Pamuji Saksikan Dua Kali Kecelakaan Maut di Bintaro

Pamuji yang mengawali karirnya di PT.Kereta Api Indonesia (KAI) sejak 1986 lalu itu juga merupakan saksi kasus tragedi Bintaro

Editor: Mona Kriesdinar
zoom-inlihat foto Pamuji Saksikan Dua Kali Kecelakaan Maut di Bintaro
Tribunnews.com/Nurmulia Rekso
Petugas Penjaga Pintu Perlintasan Kereta Pesanggrahan, Pamuji (48).

TRIBUNJOGJA.COM, BINTARO - 26 tahun silam, Bintaro menjadi saksi kecelakaan terburuk dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. Saat itu dua rangkaian kereta api bertabrakan di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan tak jauh dari lokasi kecelakaan KRL Commuter Line yang terjadi pada Senin (09/12/2013) siang. Peristiwa kecelakaan yang terjadi pada 19 Oktober 198 tersebut, menewaskan 156 penumpang.

Dua kecelakaan maut itu pun masih diingat benar oleh Pamuji (48), seorang penjaga pintu perlintasan kereta di Pesanggrahan.

Pamuji yang mengawali karirnya di PT.Kereta Api Indonesia (KAI) sejak 1986 lalu itu juga merupakan saksi kasus tragedi Bintaro. 26 tahun lalu ia merupakan salah satu petugas PT.KAI yang membantu mengevakuasi mayat-mayat korban tragedi Bintaro.

Riki, (51), salah seorang penumpang di gerbong dua KRL 1131 juga merupakan saksi tragedi Bintaro. Riki mengatakan 26 tahun lalu ia tinggal di Pondok Betung, Tangerang Selatan, yang lokasinya tidak begitu jauh dari tabrakan dua kereta itu. Kini setelah 26 tahun berlalu di lokasi yang tidak jauh berbeda, ia dan istrinya Animissa (50) harus menjadi korban kecelakaan kereta.

Beruntung keduanya tidak mengalami luka. Riki sempat terjembab ke lantai saat tabrakan berlangsung, sedangkan istrinya masih berada di bangku. Keduanya bisa lolos dari kecelakaan maut itu tanpa luka sedikit pun.

Kini, ia pun menyaksikan kembali tragedi maut tersebut.

Ketika kejadian, ia sempat berlari keluar pos penjagaannya saat menyaksikan truk tangki Pertamina "nyelonong" masuk ke perlintasan walaupun sirine penanda kereta lewat sudah dinyalakan. Ia makin panik ketika menyaksikan truk tanki bernomor Polisi B-9265-SEH berhenti di tengah jalur.

Ditemui di Polsek Metro Pesanggrahan, Senin (09/12/2013), Pamuji menjelaskan bahwa saat itu ia langsung berlari menghampiri truk itu sembari mengibar-ngibarkan bendera merah. Ia berharap truk itu mundur.

Namun karena truk yang dikemudikan Chosimin (44) dan kondektur Mudjiono (44) itu sudah masuk terlalu jauh ia pun meminta sang supir truk untuk terus melaju, ia arahkan bendera merah itu ke arah Tanah Kusir.

"Saya tidak tahu itu mesin mobil mati atau tidak, yang pasti mobil itu berhenti di tengah jalur. Lalu kereta datang," katanya.

Dengan kecepatan sekitar 70 kilometer perjam ular besi yang sarat penumpang itu menghantam truk tersebut, hingga menyebabkan bahan bakar yang dibawa truk itu meledak dengan suara yang memekakan telinga.

KRL jurusan Serpong - Tanah Abang bernomor 1131 itu pun berhenti setelah menyeret truk itu sejauh sekitar sepuluh meter. Seperempat gerebong paling depan hangus terbakar. Gerbong itu dan gerbong di belakangnya pun rubuh ke arah kanan. Tragedi Bintaro pada tahun 1987 lalu yang menewaskan 156 orang pun seperti terulang.

Pada 26 tahun lalu tragedi kecelakaan kereta di Bintaro berlangsung tak jauh dari perlintasan kereta itu, hanya berjarak sekitar seratus meter dari lokasi kereta bernomor 1131 itu menghantam truk Pertamina.(*)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved