HUT RI
Menelusuri Kisah Mbah Winoto, Sekretaris Pribadi Sang Proklamator di Purworejo
Winoto Danu Asmoro lahir di Purworejo pada 19 Oktober 1908 dan wafat pada 11 Juni 1985
Penulis: Rento Ari Nugroho | Editor: Mona Kriesdinar
Satu sikap unik yang dikenang Muhadi dari Winoto adalah sikap keteguhan hati dan kesederhanaan hidup. Sebelum meninggal, Winoto sempat berpesan agar tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Alasannnya? "Mbah Winoto tidak mau dimakamkan bersama bintang film! Kan waktu itu mulai marak bintang film dimakamkan di taman makam pahlawan." kata Muhadi.
Hal lainnya, ketika malam tirakatan HUT RI, lanjut Muhadi, Winoto selalu berhasil menguras air mata pendengarnya ketika berpidato. Dalam pidatonya, Winoto banyak menyinggung para pejuang yang terlupakan.
"terutama rekan seperjuangan Mbah Winoto yang dibuang ke Pulau Buru. Menurut Mbah, mereka sebenarnya tidak tahu apa-apa. Namun mereka ikut menjadi korban dan menderita," katanya.
Setelah masa pensiun tiba pada 1980, Winoto pun pulang kampung ke Purworejo. Saat itu Muhadi ikut pulang. Sampai di kampung halaman, winoto tidak tinggal diam. Ia berupaya ikut membangun tanah kelahirannya.
"Mbah Winoto selalu sibuk. Berbagai usaha pembangunan ia ikut membantu, mulai dari jalan desa, sampai membangun masjid. Benar-benar, Mbah Winoto merupakan orang yang rendah hati dan suka menolong. Banyak hal yang bisa menginspirasi kita dari sikap beliau," tutup Muhadi. (Rento Ari Nugroho)