Menelusuri Kisah Mbah Winoto, Sekretaris Pribadi Sang Proklamator di Purworejo

Cukup sulit memeroleh data mengenai tokoh ini. Namun berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun Jogja, Winoto Danu Asmoro lahir di Purworejo pada 19 Oktober 1908 dan wafat pada 11 Juni 1985. Berbagai posisi penting pernah dipegangnya. Ia merupakan  tokoh Partindo, tokoh pemuda yang membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, dan menjadi pembantu utama Bung Karno.

Pada Jumat (16/8/2013) kemarin, Tribun Jogja mencoba menelusuri tokoh yang dikenal suka hidup sederhana ini. Penelusuran dimulai dari makamnya di desa Banyuurip kecamatan banyuurip, Kabupaten Purworejo. Melihat posisi penting yang pernah dijabatnya, diperkirakan makamnya paling tidak merupakan makam yang menonjol di kompleks pemakaman desa Banyuurip.

Namun ternyata salah, perkiraan awal sungguh meleset. Cukup sulit menemukan makam Winoto di antara puluhan nisan. Suasana desa yang sepi membuat wartawan cukup kesulitan mencari penduduk yang dapat ditemui untuk ditanyai. Tidak seberapa lama kemudian melintaslah seorang perempuan lanjut usia.

Sriwati (78), perempuan yang ditemui wartawan sigap menunjukkan satu makam bernisan putih berlumut hitam terlihat sederhana. Hanya tulisan "H Winoto Danu Asmoro" yang telah nyaris pudar memerlihatkan siapa yang dimakamkan di tempat tersebut.

"Itu makam paman saya," ujar Sriwati.

Dari Sriwati diperoleh sedikit konfirmasi bahwa makam tersebut memang makam Winoto Danu Asmoro, pembantu utama Bung Karno. Menurut Sriwati, Winoto memang sangat dikenal oleh penduduk Banyuurip. Pasalnya, sepulanya ia ke kampung halaman, ia banyak berkiprah membangun kampung.

"Bahkan masjid itu," ujar Sriwati sambil menunjuk satu masjid di timur makam, "Yang membangun ya Pak Winoto ini," jelasnya.

Karena tidak memiliki banyak waktu untuk berbincang, Sriwati mengantar wartawan menuju ke rumah Muhadi (59) yang merupakan kerabat Winoto. Rumah Muhadi terletak hanya sekitar 50 meter dari makam.

Kepada wartawan, Muhadi yang baru pulang dari tempat kerjanya di KUA Banyuurip menceritakan kisah hidup Winoto Danu Asmoro. Menurut Muhadi, Winoto memiliki keteguhan sikap seorang pembantu presiden.

"Mbah Winoto kalau bicara selalu tegas. Tapi kalau sudah berpidato, pidatonya bisa meluluhkan hati pendengarnya," jelas Muhadi.

Awal mula Muhadi mengenal Winoto ketika ia lulus sekolah menengah pada 1970 ia kebingungan untuk melanjutkan sekolah. Oleh Winoto ia ditawari untuk ikut ke Jakarta dan bersekolah di sana. Selama ikut Winoto itulah ia mengetahui banyak hal menarik seputar kerabat yang ia panggil "Mbah Winoto" itu.

"Banyak jabatan dipegang Mbah Winoto. Setahu saya, mbah pernah menjabat asisten pribadi Bung Karno, kepala rumah tangga Istana Negara dan sempat pula jadi anggota DPR. Namun yang paling banyak diceritakan ke saya ya semasa menjadi asisten Bung Karno," jelas Muhadi.

Menurut Muhadi, Mbah Winoto selalu menemani Bung Karno terutama ketika bepergian ke luar negeri. Sebelum proklamator itu mendarat di suatu negeri, biasanya Winoto mendahului untuk memersiapkan kedatangan Bung Karno. Selain itu, winoto menurut penuturan Muhadi juga sempat mengasuh putra-putri Bung Karno.

"Saya sempat memiliki tiga album foto keluarga BUng Karno bersama Mbah Winoto. Tapi beberapa tahun yang lalu album foto itu diminta Sri Wahyati, putri Mbah Winoto yang tinggal di Jakarta," katanya.

Satu hal yang menarik, lanjut Muhadi, Mbah Winoto terlibat dalam peristiwa penculikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. "Ya sopir yang menyopiri mobil pembawa Bung Karno itu Mbah Winoto!" tegas Muhadi.