Labuhan Merapi

Pagi Ini Abdi Dalem dan Warga Ikuti Prosesi Labuhan Merapi

Ratusan warga juga sudah berkumpul untuk mengikuti prosesi Labuhan Merapi

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Rina Eviana Dewi
zoom-inlihat foto Pagi Ini Abdi Dalem dan Warga Ikuti Prosesi Labuhan Merapi
TRIBUNJOGJA.COM/HASAN SAKRI GHOZALI
Laporan Reporter Tribun Jogja, Mona Kriesdinar

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Mengenakan surjan, sebilah keris di pinggang dan tanpa mengenakan alas kaki, puluhan Abdi Dalem sudah mulai berkumpul di bekas lokasi rumah Alm Mbah Maridjan di Dusun Kinahrejo pada Senin (10/06/2013) pagi.

Di tempat yang sama, ratusan warga juga sudah berkumpul untuk mengikuti prosesi Labuhan Merapi yang dipusatkan di Srimanganti. Berbeda dengan para abdi dalem, mereka mengenakan jaket tebal untuk melawan hawa dingin di lereng Gunung Merapi.

Adapun, pagi ini akan dilaksanakan prosesi Labuhan Merapi yang dipimpin oleh juru kunci Gunung Merapi, Mas Kliwon Suraksohargo yang naik kepangkatan dari sebelumnya Mas Lurah Suraksosihono atau yang akrab disapa Mbah Asih.

Ada yang berbeda dengan penyelenggaraan prosesi serupa pada tahun-tahun sebelumnya. Kini, selain aneka perlengkapan ubo rampe yang biasa dipersiapkan, pihak keraton juga memberikan satu batang Pohon Kantil untuk ditanam di Srimanganti.

"Artinya supaya orang 'makantil-kantil' atau mendekat dengan alam dan memelihara alam," imbuh Mas Kliwon ketika ditemui Tribunjogja.com, sehari sebelumnya.

Hal yang sama, djelaskan Abdi Dalem Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Widya Budaya, Karaton Ngayogyokarto Hadiningrat, KRT Rinto Isworo. Pohon Kantil itu merupakan simbolisasi dari hubungan antara manusia dengan alam.
Diharapkan, manusia lebih menyadari perannya dalam menjaga kelestarian alam dan hidup harmonis dengan alam. "Pohon Kantil ini termasuk pohon langka, diperintah Sri Sultan untuk ditanam di Srimanganti," jelasnya.

Adapun, sesaji lainnya yang dibawa meliputi Sinjang motif Cangkring, Sinjang Kawung Kemplang, Semekan Gadung, Semekan Gadung Mlati, Semekan Bangun Tulah, Bestar Doro Muluk, Peningset Udo Robo, Seswangen antara lain klembak dan minyak, Selo, Ratus berupa serbuk, Lisah Konyoh yang terbuat dari minyak wangi oplosan serta Yotro Tindih sebesar Rp 1000, sebagai pelengkap sesajen.

"Kalau sesajennya kurang, uang itu bisa digunakan untuk membeli pelengkapnya. Kurangnya itu suruh beli sendiri, untuk yang tidak tampak," ungkapnya.

Adapun Mas Kliwon, menjelaskan bahwa lokasi Srimanganti sengaja dipilih karena kondisinya yang dinilai sudah aman. Baik itu di Srimanganti sendiri maupun rute yang menuju kesana. "Kali ini termasuk labuhan alit, tidak ada pesan khusus dari Ngarso Dalem, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yang pasti dilaksanakan secara sederhana," jelasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved