ADVERTORIAL
Kesetaraan Gender dalam Keluarga Jadi Kunci Program Desa yang Inklusif
Pemahaman kesetaraan gender dalam keluarga merupakan dasar mereka memahami posisi laki-laki dan perempuan di masyarakat.
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Upaya konkret terus dilakukan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY guna memberi pemahaman gender terhadap masyarakat.
Satu di antaranya melalui sosialisasi untuk memberi pengetahuan kepada warga tentang pentingnya kesetaraan gender.
Belum lama ini, DP3AP2 DIY melakukan sosialisasi di Desa Kalitirto, Berbah Sleman.
Dari pantauan Tribunjogja.com, selain petugas DP3AP2 sendiri, dihadirkan sejumlah narasumber lain baik dari LSM maupun pemerintah provinsi yang dihadiri oleh anggota DPRD DIY bersama para perangkat desa setempat.
Peserta sosialisasi sendiri merupakan warga setempat.
Dalam sosialisasi kali ini, Rossy Budiawan selaku Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM) DP3AP2 DIY mendorong terciptanya kesetaraan gender dalam sebuah keluarga.
Ini penting, karena kesetaraan gender di sebuah keluarga merupakan dasar terciptanya kesetaraan gender di lingkup yang lebih luas.
"Kalau di sebuah keluarga ini sudah tercipta pemahaman gender yang baik maka keluarga tersebut akan memberikan pengaruh positif pula terhadap posisi perempuan dan laki-laki di lingkup yang lebih luas, bermasyarakat misalnya. Kami ingin keluarga-keluarga di Kalitirto ini memahami kesetaraan gender," kata Rossy.
Dijelaskan Rossy, pada dasarnya kesetaraan gender dalam sebuah keluarga bisa diwujudkan dengan sangat mudah.
Baca: Pemahaman Gender Mesti Diterapkan Mulai Tingkat Paling Bawah
Asalkan, masing-masing anggota keluarga memahami peran masing-masing dalam keluarga tanpa melihat stigma lama tentang tugas perempuan yang hanya boleh mengerjakan urusan dapur sementara laki-laki bekerja.
Kesetaraan gender dalam keluarga bisa diwujudkan dengan membagi tugas dan peran masing-masing.
Dalam posisi ini, perlu dibedakan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan dilihat dari sisi biologis dan kodratnya.
Masing-masing pihak, juga harus menghargai posisi masing-masing dalam berkeluarga.
"Yang masih sering terjadi, misalnya mengantar anak yang masing balita ke Posyandu selalu jadi kewajiban ibu, atau mengurus rumah seperti menyapu atau mencuci baju. Padahal jika didiskusikan, seorang bapak sebenarnya juga bisa melakukannya. Karena hal ini sebenarnya menjadi tanggung jawab bersama," kata Rossy.
Sebaliknya, bekerja dan mencari nafkah atau aktif dalam kegiatan bermasyarakat tidak melulu menjadi tugas, hak dan kewajiban suami.
Baca: DP3AP2 DIY : Kesetaraan Gender jadi Kunci Ketahanan Keluarga