PVMBG: Kemungkinan Muncul Lubang Kawah Baru di Gunung Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau setinggi 338 meter dari permukaan laut memasuki fase erupsi sejak Juli 2018. Diperkirakan muncul kawah baru setelah letusan

Editor: iwanoganapriansyah
ANTARA/BISNIS INDONESIA/NURUL HIDAYAT
Foto udara letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 17.22 Wib dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak (sekitar 1.838 meter di atas permukaan laut). 

TRIBUNJOGJA.COM - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menduga ada lubang kawah membesar hingga lubang kawah baru di Gunung Anak Krakatau pasca penetapan status Gunung Anak Krakatau menjadi Siaga level III.

Sekretaris Badan Geologi A Ratdomopurbo menjelaskan, gunung setinggi 338 meter dari permukaan laut ini memasuki fase erupsi sejak Juli 2018. Aktivitas berupa letusan lontaran lava pijar (strombolian) dan juga aliran lava pijar pun terjadi.

Video Musik Jangan Dulu Pergi seperti Menjadi Pertanda Ifan akan Ditinggal Personel Seventeen

Aliran lava dominan mengarah ke tenggara. Sejak tanggal 22 Desember teramati adanya letusan tipe surtseyan, yaitu aliran lava atau magma yang keluar dan kontak dengan air.

"Hal ini berarti bahwa debit volume magma yang dikeluarkan meningkat dan lubang kawah membesar, kemungkinan terdapat lubang kawah baru yang dekat dengan ketinggian air," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (27/12/2018).

Bahkan pada tanggal 22 Desember, gempa juga sempat terjadi pada pukul 20.55 WIB, tercatat dalam skala kecil di Stasiun Seismik Sertung dan juga Stasiun Seismik Gunung Gede, puncak Cianjur. "Gempa ini diperkirakan di kompleks Krakatau," katanya.

Status Gunung Anak Krakatau Dinaikan jadi Siaga Level III, Radius Zona Bahaya Diperluas jadi 5 KM

Pada pukul 21.03 WIB, alat seismik di Gunung Anak Krakatau mati. Pihaknya menduga matinya alat tersebut karena terkena letusan, sehingga pemantauan selanjutnya menggunakan stasiun Seismik Sertung.

"Dari citra Satelit diketahui bahwa lereng barat daya longsor (flank collapse) dan masuk ke laut. Data seismik tidak menunjukkan adanya gejala kenaikan energi seismik sebelum kejadian longsor," katanya.

Citra Satelit Longsoran tebing Anak Gunung Krakatau dipastikan jadi penyebab utama tsunami yang melanda Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018)
Citra Satelit Longsoran tebing Anak Gunung Krakatau dipastikan jadi penyebab utama tsunami yang melanda Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018) (via kemenko kemaritiman)

Menurutnya, sejak tanggal 22 Desember pagi sampai saat ini, letusan berlangsung tanpa jeda. Gelegar letusan pun terdengar beberapa kali per menit.

"Saat ini aktivitas letusan masih berlangsung terus-menerus, yaitu berupa letusan strombolian disertai aliran lava pijar dan awan panas," tuturnya.

Waspada Tsunami Susulan, Status Gunung Anak Krakatau Naik jadi Siaga

Pada 26 Desember 2018, lanjutnya, Gunung Anak Krakatau mengalami letusan berupa awan panas dan surtseyan.

"Awan panas ini mengakibatkan adanya hujan abu termasuk yang terekam pada 26 Desember sekira pukul 17.15 WIB," katanya.

Bahkan dari Pos Kalianda pukul 24.00 WIB, melaporkan suara gemuruh dengan intensitas tinggi. Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak memasuki area kompleks Krakatau, termasuk Gunung Anak Krakatau.

"Tidak masuk ke area kompleks Krakatau radius 5 kilometer dari anak Krakatau," katanya. (Agie Permadi)

.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "PVMBG Amati Adanya Kemungkinan Lubang Kawah Baru di Anak Krakatau"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved