Sejarah Jawa Kuna

Lingga Bertulis Ini Usianya 11 Abad, Puluhan Tahun Sang Pemilik Tak Tahu Nilai Sejarahnya

Lingga Bertulis Ini Usianya 11 Abad, Puluhan Tahun Sang Pemilik Tak Tahu Nilai Sejarahnya

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo
Batu berbentuk lingga semu (pseudolingga) di rumah Supriyono, warga Dusun Kauman, Ngrundul, Kebonarum, Klaten ini berasal dari tahun 769 Saka (847 Masehi) atau masa Mataram Kuno pemerintahan Sri Maharaja Rakai Pikatan Dyah Saladu. Isinya tentang penetapan sima oleh Samgat Andehan. 

TRIBUNJOGJA.COM - Sebuah batu prasasti berbentuk lingga semu (pseudo lingga) memberi petunjuk penting, diduga terkait sejarah awal mula wilayah Kota Klaten.

Batu prasasti yang belum pernah diteliti atau dibaca ahli bahasa Jawa Kuna ini, tersimpan di rumah Supriyono, warga Desa Ngrundul, Kecamatan Kebonarum, Klaten.

Pemiliknya secara turun temurun tidak tahu batu bertulis ini nilai sejarahnya tinggi. Menurut Supri, batu bulat bertulis melingkar itu turun temurun diwariskan dari kakek/nenek buyutnya.

"Mungkin sejak sebelum mbah buyut saya sudah ada," kata Supri di rumahnya Senin (10/12/2018) saat menerima kedatangan dua perangkat Desa Ngrundul dan pecinta sejarah kuno, Yohanes Sudaryanto serta Harry Wangsa Purana.

Baca: Tak Cuma Meramal Masa Depan, Baba Vanga Pernah Beri Nasihat Agar Dunia Tak Berakhir Mengerikan

Dari Supri, riwayat keberadaan batu bertulis ini sedikit terkuak. Setahunya, batu bertulis itu tergeletak begitu saja di tritisan (teras) rumah simbah buyutnya yang dulu penganut Hindhu.

Sekarang rumah simbah buyutnya itu sudah tidak ada karena dibongkar dan tanahnya dibagi-bagi keluarga sebagai harta waris. Menurut cerita orangtuanya, kakek buyutnya dulu seorang ulu-ulu.

Ulu-ulu ini jabatan di desa yang tugasnya mengatur pengairan untuk sawah-sawah pertanian. Di masa Jawa Kuna, istilahnya hulu air. Tugasnya sama, mengatur urusan pengairan.

Beberapa waktu lalu, batu bertulis itu dipindahkan ke bagian belakang rumah Supri, di depan bekas rumah lama simbahnya yang kini berbatas tembok.

Tak hanya lingga bertulis, di sekitar rumah Supri juga ditemukan beberapa fragmen diduga batu candi. Ada dorpel, batu berelief, dan blok-blok batu andesit bertakik.

Baca: BERITA FOTO : Temuan Arca The Lost Ganesha Raksasa di Sambirejo Prambanan

Di halaman tetangga Supri juga terdapat yoni dalam posisi terbalik. Persisnya di sebelah masjid Dusun Kauman. Jaraknya sekitar 50 meter saja dari rumah keluarga Supri.

Tak banyak yang mengetahui keberadaan lingga bertulis itu, termasuk perangkat Desa Ngrundul. Kepala Desa Ngrundul, Wahyu Wijanarka, mengaku belum pernah mendengar dan melihat batu bertulis ini.

Baru awal pekan ini ia mengutus dua perangkat desa melongok dari dekat lingga bertulis di rumah warganya itu. Lalu apa isi tulisan kuno di lingga semu berbahan batu andesit ini?

Goenawan A Sambodo, epigraf dari Temanggung, Jawa Tengah mencoba membacanya. Ia menemukan angka tahun 769 Saka di prasasti itu, atau jika dikonversi ke Masehi jadi 847 Masehi.

"Jelas terbaca angka tahunnya 769 Saka. Ini berarti masa kekuasaan Sri Maharaja Rakai Pikatan," kata Goenawan. Raja besar Mataram Kuno ini berkuasa antara 840-856 Masehi.

Baca: 5 Fakta Unik yang Terselip di Tengah Kemegahan Candi Borobudur : Dari Relief Hingga Kisah Manohara

Pembacaan angka tahun oleh epigraf senior Dr Riboet Darmosoetopo juga sama. "Betul, ini angka tahunnya 769 Saka," katanya sembari mencoret-coret di kertas lusuh di teras rumahnya, Selasa (11/12/2018).

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved