Peneliti Jepang pun Telusuri Jalur Migrasi Burung Layang-layang Api sampai ke Indonesia
Puncak kedatangan burung migrasi itu Desember. Januari, burung layang-layang api sudah berkurang, dan balik pada Maret hingga April
TRIBUNJOGJA.COM - Ribuan burung Layang-layang Api (Hirundo rustica) akan menjadi pemandangan yang tak biasa di kawasan belakang Pasar Beringharjo, Taman Budaya Yogyakarta, hingga sepanjang Jalan Suryotomo dalam beberapa waktu ke depan.
Manuver kawanan burung yang juga dikenal dengan nama Layang-layang Asia itu, sangat indah dan menakjubkan.
Baca: Menakjubkan, Ribuan Burung Layang-layang Api Parkir di Belakang Pasar Beringharjo
Ribuan burung melayang-layang membentuk formasi besar di udara, meliuk-liuk seperti diatur, sebelum turun dan hinggap di bentangan kabel listrik atau pepohonan.
Kehadiran kawanan burung terpantau sejak bulan lalu, dan dikenal sebagai siklus rutin tahunan sebagai fauna migran dari kawasan nontropis.
Kawanan burung yang masuk marga Hirundo ini akan mencari tempat hinggap dan tinggal sepanjang malam selama berminggu-minggu.
Dikutip dari Mongabay.co.id, pemandangan serupa juga terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia.
“Namun puncak kedatangan burung burung migrasi itu Desember. Januari, burung layang-layang api sudah berkurang, dan balik pada Maret hingga April,” kata Abdul Rahman Hafif dari Birds Conservation Society (Bicons) kepada Mongabay.
Baca: Kota Yogya Tujuan Akhir Kawanan Burung Migran Layang-layang Api dari Korea, Jepang dan Himalaya
Sekilas, jenis burung ini hampir sama dengan jenis burung walet, tetapi jika diteliti lebih dalam lagi terdapat banyak perbedaan dengan burung layang-layang batu lokal.
Burung Layang-layang api sekitar 15-20 cm, warna biru metalik pada bagian dorsal, putih pada ventral, garis biru di dada, dan warna orange hingga merah di bagian dagu.
Burung jenis ini memiliki ekor cagak agak dalam berbentuk V, dan hidup berkelompok.
Hafif mengatakan, kedatangan burung ini fenomena unik. Pagi hari mereka terpisah dalam beberapa kelompok dan terbang ke arah berlainan untuk mencari pakan.
Namun saat senja, mereka kembali berkumpul di tempat yang sama, berakrobat, lalu kembali ke tempat bertengger semua.

Dikatakan, Bicons mengamati burung layang-layang api sejak 1996. Program pengamatan dimulai dengan kedatangan peneliti burung asal Jepang bernama Kobayashi ke kampus Biologi, Universitas Padjajaran.
Kobayashi berkeliling Bandung meneliti keragaman burung di kota itu. Hingga menemukan persinggahan burung di dalam Kota Bandung.