Gunungkidul

Kisah Penyintas Bunuh Diri Asal Gunungkidul, Bersyukur Dapat Kesempatan Kedua untuk Nafkahi Anak

Besarnya biaya untuk kontrol ke rumah sakit setelah kaki diamputasi membuatnya putus asa dan berpikir bahwa jalan satu-satunya adalah bunuh diri.

Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Wisang Seto
Marsudi penyintas bunuhdiri saat menjadi narasumber di sebuah workshop pencegahan bunuh diri,di Karangrejek, Selasa (16/10/2018). 

"Setelah kejadian tersebut mendapatkan motivasi dari keluarga dan bertemu dari Yayasan Yakum diberikan pembekalan mental, saya juga teringat dengan kedua anak saya. Harus bersemangat kembali untuk menghidupi anak saya," katanya.

Saat ini dirinya membuka usaha dari nol kembali yaitu membuat jasa cuci pakaian di rumahnya yang beralamatkan di Karangrejek, Kecamatan Wonosari.

"Namanya Rizky laundry, saat ini sedang merintis usaha dari nol. Kalau untuk usaha las, dibutuhkan banyak modal paling tidak Rp 30 juta," katanya.

Sementara itu wakil bupati sekaligus ketua satgas berani hidup, Immawan Wahyudi mengatakan untuk menurunkan angka bunuh diri memang dibutuhkan kerjasama antar pihak.

"Forum workshop seperti ini merupakan sarana pengayakan baik yang bersifat normatif karena bersifat ceramah terkait dengan nilai-nilai kehidupan," katanya.

Immawan menuturkan agar para pengusaha dapat memperkerjakan kaum difabel karena mereka juga mampu untuk bekerja layaknya orang normal.

"Sebagai contoh tadi ada satu pengusaha yang memberikan kesempatan bagi orang yang mengalami gangguan jiwa (ODGJ), dan ternyata hasil kerjanya lebih bagus dari pada orang normal," katanya.

Ia mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam menanggulangi angka bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul.

"Kami selalu komunikasi dengan Ustad maupun agamawan, budayawan untuk masalah penanggulangan bunuh diri," katanya.

Terpisah Project manager kesehatan jiwa Yakum, Siswaningtyas mengatakan, bunuh diri bukan permasalahan individu maupun keluarga pencegahannya bisa melibatkan masyarakat sekitar.

"Pendekatannya kami sebut Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM), terutama keluarga tetangga desa, ada pengetahuan terkait bunuh diri ciri-cirinya mereka akan mengenal, sehingga dapat dicegah dari pihak keluarga terdekat," katanya.

Baca: Wanita Hamil 5 Bulan Asal Magelang Coba Bunuh Diri dengan Cara Loncat Jembatan Pabelan

Permasalahan Orang Dengan Disabilitas Psikososial (ODDP) merupakan tanggung jawab masyarakat, sehingga dengan pengetahuan tersebut dapat mengurangi angka bunuh diri.

"Memberikan peluang-peluang bagi ODDP untuk kembali ke masyarakat, jangan sampai ODDP yang sudah sembuh dalam perawatan medis dikucilkan di masyarakat," katanya.

Saat ini pihaknya telah memberikan pendampingan sejumlah 63 orang, dengan 40 orang pendampingan intensif, lingkup wonosari ada 4 desa yaitu Siraman, Mulo, Duwet, Karangrejek.

"Selain itu kami juga memberikan bantuan modal untuk mereka membuka usaha sesuai dengan potensi mereka lain, seperti menjahit, berjualan," ujarnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved