Ngalap Berkah Air Jamasan Kereta Keraton Yogyakarta Kanjeng Nyai Jimat
Jamasan Kereta Keraton. warga berebut air bekas Jamasan Kereta Keraton Yogyakarta
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Iwan Al Khasni
Ratusan masyarakat memenuhi sisi Selatan Museum Kereta Keraton Yogyakarta. Tak banyak yang bisa dilihat, hanya punggung-punggung saja yang saling berhimpit.Warga saling desak saling sikut supaya bisa berada di baris paling depan.
Uniknya masing-masing membawa botol air mineral bekas, jerigen, bahkan plastik bekas. Ada seorang perempuan cukup berumur keluar dari kerumunan.
Tubuhnya basah kuyup. Ia tersenyum sambil membawa botol bekas air mineral berisi air, kemudian memasukkan air tersebut dalam jerigen.
Ia kemudian berusaha menyusup kembali ke kerumunan.
Perempuan itu adalah Noila, ia jauh-jauh datang dari Indrawayu untuk mengambil air dalam Jamasan Kereta Kraton.
Ibu 67 tahun itu percaya air dari Jamasan Kereta dapat membawa berkah bagi kehidupannya.
"Memang sengaja ke sini (Musuem Kereta) untuk Jamasan. Rencananya buat empang, dikasih ke ikan. Mau dipake buat mandi juga biar sehat, dan jauh dari penyakit," katanya sambil membasahi diri.
Berbeda dengan Noila yang sengaja datang, Ragita Melati Erika justru tak sengaja ikut menyaksikan Jamasan Kereta Keraton.
Tujuan awalnya bersama rombongannya adalah ke Keraton Yogyakarta.
Mengetahui ada Jamasan, ia pun ikut menyusup ke dalam kerumunan.
Seragam putih abu-abunya tak basah.
Siswi kelas X SMA Gemolong, Jawa tengah itu hanya membasuh wajahnya saja.

"Tadi nanya-nanya sih soal Jamasan ini. Katanya tradisi Keraton, katanya juga bagi yang percaya bisa dapat berkah. Kalau saya sih tadi cuma cuci muka aja, sama berdoa supaya lancar sekolahnya," jelasnya.
Jika dilihat lebih dekat, nampak sebuah kerata Keraton sedang dibersihkan oleh Abdi Dalem.
Kereta tersebut adalah Nyai Jimat, kereta tertua yang dimiliki Keraton.