Satu-satunya Suku Amazon yang Selamat, Hidup Sendirian di Hutan Selama 22 Tahun

Satu-satunya penyintas suku Amazon yang selamat dari serangan pada 1995 diketahui keberadaannya dan telah hidup sendirian di hutan selama 22 tahun

Editor: Mona Kriesdinar
Rekaman anggota suku amazon terakhir dan satu-satunya yang selamat dari serangan tahun 1995 

TRIBUNJOGJA.com - Satu-satunya penyintas suku Amazon yang selamat dari serangan pada 1995 diketahui keberadaannya dan telah hidup sendirian di dalam hutan selama 22 tahun.

Melansir dari ABC News, Jumat (20/7/2018), aktivitas pria tersebut terekam oleh kamera yang kemudian videonya dirilis oleh lembaga Pemerintah Brasil.

Video yang diambil dari kejauhan itu menunjukkan gambar pria menebang pohon dengan kapak di Tanaru, wilayah pedalaman yang dikelilingi perkebunan swasta dan penggundulan hutan di negara bagian Rondonia.

(Baca juga: Delapan Hewan Paling Mematikan di Hutan Amazon, Ternyata Bukan Cuma Piranha !)

Menurut Fundação Nacional do Índio (FUNAI), badan Pemerintah Brasil yang melindungi suku asli, Guaporé Ethno-Environmental Protection Front, telah memantau pria tersebut tanpa pernah berbicara dengannya.

Namun, lembaga itu memastikan pria yang diyakini berusia 50-an tahun tersebut terlindungi dari ancaman eksternal, dengan mencegah siapa pun masuk sehingga dapat membahayakannya.

Koordinator regional FUNAI, Altair Algayer, mengatakan, pria itu sangat baik dalam hal berburu dan merawat pepaya serta jagung.

(Baca juga: Ayahuasca, Ramuan Amazon yang Bikin Halusinasi hingga Alam Supranatural)

"Dia memiliki kesehatan yang baik dan bentuk fisik yang bagus karena melakukan semua hal itu," katanya, seperti dikutip dari Newsweek.

Berdasarkan data dari FUNAI, maraknya pembalakan liar dan pembukaan lahan untuk perkebunan di Rondonia berakibat pada penyerangan terhadap penduduk pedalaman pada 1980-an.

Pria yang terekam video diduga merupakan satu-satunya yang selamat dari kelompok suku terakhir yang terdiri dari enam orang. Namun, mereka diserang pada 1995 dengan hanya menyisakan satu orang.

(Baca juga: Cari Penambang Liar di Kawasan Hutan Amazon, Malah Dapati Keberadaan Suku Terasing)

Sejauh ini, suku itu belum diberi nama dan bahasa yang digunakan juga belum diketahui.

FUNAI telah memantau pria tersebut sejak 1996 dengan upaya kontak terakhir dengannya pada 2005, tetapi tidak berhasil.

BBC melaporkan, konstitusi Brasil menyatakan penduduk asli memiliki hak atas tanah.

"Mereka harus terus membuktikan keberadaan orang ini," kata Fiona Watson, Direktur Penelitan dan Advokasi Survival International.

Watson menduga ada motivasi politik di balik perilisan video tersebut.

(Baca juga: Mayantuyacu, Sungai Air Mendidih di Pedalaman Hutan Amazon)

"Kongres didominasi pengusaha agribisnis. Sementara Funai telah memangkas anggarannya. Ada serangan besar terhadap hak penduduk asli di negara ini," katanya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved