Sains

Makan Cabai Terlalu Pedas Bisa Timbulkan Kerusakan Otak. Begini Penjelasannya

Sesaat setelah menelan cabai tersebut, ia mengeluh sakit leher, sakit kepala yang kuat, dan selama beberapa hari mengalami thunderclap headache

Editor: Ari Nugroho
mrsixinthemix
Cabai Carolina Reaper, satu dari beberapa cabai terpedas di dunia yang bikin seorang pria Amerika mengalami kerusakan di otak 

TRIBUNJOGJA.COM - Bagi Anda pecinta makanan pedas, sebaiknya berhati-hati.

Makan makanan pedas ternyata tak hanya membuat lidah terbakar dan mata berair, tapi juga bisa menimbulkan kerusakan otak.

Hal ini dialami seorang pria (34) asal Amerika setelah memakan cabai terpedas di dunia, Carolina Reaper, dalam ajang lomba makan cabai.

Sesaat setelah menelan cabai tersebut, ia mengeluh sakit leher, sakit kepala yang kuat, dan selama beberapa hari mengalami thunderclap headache yang singkat namun intens.

Thunderclap headache adalah sakit kepala yang rasanya seperti disambar petir.

Beberapa hari menahan sakit akhirnya ia menyerah dan dibawa ke ruang gawat darurat Henry Ford Hospital, Detroit.

Baca: Konsumsi Cabai Bisa Kurangi Risiko Meninggal? Ini Faktanya

"Awalnya pasien makan cabai dan kepalanya langsung sakit. Ia menunggu beberapa hari tapi sakit kepalanya terus muncul dan semakin menjadi, jadi ia datang ke UGD," kata dokter penyakit dalam yang menangani pria tersebut, Dr Kulothungan Gunasekaran kepada Newsweek, Senin (9/4/2018).

Dilansir AFP, Senin (9/4/2018), tak ada masalah dalam hasil tes neurologisnya.

Namun, dokter melakukan pemindaian kondisi otak dengan CT Scan dan menemukan adanya penyempitan pembuluh darah sementara pada otak.

Pada Gambar A, CT scan menunjukkan arteri menyempit di otak pria yang makan cabai terpanas di dunia. Pada Gambar B, CT scan menunjukkan bahwa arteri kembali ke ukuran normal setelah lima minggu dilakukan perawatan, termasuk cairan infus dan obat pereda nyeri.
Pada Gambar A, CT scan menunjukkan arteri menyempit di otak pria yang makan cabai terpanas di dunia. Pada Gambar B, CT scan menunjukkan bahwa arteri kembali ke ukuran normal setelah lima minggu dilakukan perawatan, termasuk cairan infus dan obat pereda nyeri. (kompas.com)

Hal ini membuat ahli saraf, Dr. Gregory Cummings, turun tangan untuk mendiagnosis sakit kepala thunderclap-nya.

Sakit kepala thunderclap disebabkan oleh sindrom vasokonstriksi serebral reversibel atau penyempitan arteri sementara di otak.

Biasanya kondisi ini muncul akibat reaksi terhadap obat tertentu atau karena mengonsumsi obat-obatan terlarang.

"Thunderclap headache setelah makan cabai adalah kasus pertama yang dilaporkan. Ini adalah kejutan besar untuk semua orang," ujar Gunasekaran, diwartakan AFP.

Dokter akhirnya memberi perawatan dengan cairan infus IV, obat pereda nyeri, dan pemantauan ketat.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved