Pengakuan Pemilik Warung 'Sengsu' di Solo, Setiap Hari Habis 12 Ekor Anjing

Setidaknya 400 anjing dipotong setiap hari. Angka ini meningkat drastis dari hanya 63 anjing yang dipotong pada 2015.

Editor: Mona Kriesdinar
Dog Meat Free Indonesia
Ilustrasi : Anjing-anjing yang siap dikirim ke tempat jagal 

TRIBUNJOGJA.com, SOLO - Sukardi (61) seorang penjual masakan berbahan daging anjing, buka-bukaan soal bisnis yang digelutinya sejak tahun 1979 tersebut.

Sebagaimana dilansir kompas.com, Sukardi saat ini sudah memiliki empat warung makan dengan menu utamanya yakni daging anjing.

Dia harus merogoh kocek Rp 150.000 untuk mendapatkan seekor anjing. Namun, dia bisa meraih keuntungan hingga Rp 3 juta sehari.

Dalam satu hari, Sukardi membutuhkan 8 hingga 12 anjing untuk dipotong dan dimasak demi memenuhi kebutuhan pelanggan di keempat warungnya itu.

Baca juga:

Baca juga: Keji! Inilah Bukti Mengerikan di Tempat Jagal Perdagangan Daging Anjing di Indonesia
Keji! Inilah Bukti Mengerikan di Tempat Jagal Perdagangan Daging Anjing di Indonesia

Di Solo, warung-warung daging anjing bisa dengan mudah ditemukan. Mereka menawarkan berbagai jenis kuliner, mulai dari apa yang disebut dengan nama sengsu hingga sate anjing.

Warung-warung ini sudah menjamur di Solo selama berpuluh-puluh tahun dan keberadaannya tak pernah diusik semua wali kota, termasuk Joko Widodo yang saat ini menjadi presiden Indonesia.

"Kami tak bisa melarangnya karena tak ada regulasi yang bisa digunakan untuk melarang. Tradisi kuliner ini sudah ada sejak dahulu," kata Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, masih kepada The Jakarta Post.

Perlakuan keji

Pada 2017, LSM Dog Friend Surakarta mencatat setidaknya 1.200 anjing dipotong setiap hari untuk dikonsumsi warga kota.

Sebagian dari anjing-anjing itu didatangkan dari Jawa Barat atau Jawa Timur.

"Sebanyak 1.200 anjing dipotong untuk dimasak dagingnya di 136 warung di seluruh Surakarta," kata Ketua Dog Friends Surakarta Fredy Irawan.

Fredy mencatat, bisnis ini melibatkan praktik-praktik yang kejam. Bahkan, lanjut dia, sering kali anjing tidak dipotong, tetapi dicekik atau ditenggelamkan hingga mati.

"Ini penyiksaan. Sebab, pelanggan yakin, daging anjing jauh lebih nikmat jika darah anjing tidak mengalir saat hewan itu dibunuh," ujar Fredy.

Pada 2017, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah mengatakan, Solo menjadi kota dengan konsumsi daging anjing tertinggi di provinsi itu.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved