Tak Hanya Lava Tour, Sebaiknya Lereng Merapi Juga Suguhkan Event Budaya bagi Wisatawan

Wisata di lereng Merapi bisa lebih beragam dengan balutan budaya yang ada.

Penulis: app | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Panji Purnandaru
Suasana dialog dengan tema Pengembangan Kawasan Lereng Merapi Berbasis Budaya di Balai Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (27/11/2017) sore. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Pesona Gunung Merapi tidak hanya dikenal di penjuru nusantara, namun keelokannya juga terdengar hingga mancanegara.

Meski begitu, Camat Cangkringan Edi Harmana menjelaskan, wisata di lereng Merapi bisa lebih beragam dengan balutan budaya yang ada.

"Misalnya Kepuharjo ada sejarahnya bisa dikemas ke dalam tarian atau ketoprak," jelasnya saat dialog dengan tema Pengembangan Kawasan Lereng Merapi Berbasis Budaya di Balai Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (27/11/2017) sore.

"Wisata kuliner, kuliner jaman dulu sekarang banyak dicari seperti jangan lompong (sayur lompong). Tinggal mengolah lagi dibudayakan lagi, nanti jadi wisata lereng Merapi berbasis budaya," timpalnya.

Menurutnya jip lava tour Merapi merupakan sarana transportasi menuju puncak Merapi yang telah berkembang, dengan begitu harusnya ada kemasan yang lebih menarik agar wisatawan betah dan kembali ke Merapi.

Baca: Jutaan Kubik Material Sisa Erupsi Masih ada di Merapi

"Jip hanya sarana, tapi yang kita kembangkan di sana mau ngapain? Bagaimana mengemas sebuah tempat menjadi tempat wisata, bisa event-event budaya. Tamu datang tanggap jathilan, makanan tempo dulu, selain melestarikan budaya juga memasarkan daerahnya," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Kawedanan Hageng Paniputro Kraton Ngayogyakarto Hadingrat, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Gondo Hadiningrat menjelaskan Merapi telah menjadi magnet masyarakat dunia.

Terlebih jika budaya senantiasa dilestarikan.

Apalagi terkati budaya, saat ini ada Dana Keistimewaan (Danais) yang 80 persen peruntukannya digunakan bagi kegiatan kebudayaan.

"Danais meniko Ngarso Dalem ngendikaken Danais Kraton dan Puro Pakualaman sedikit saja yang banyak itu untuk kesejahteraan masyarakat," terangnya.

Gondo Hadiningrat pun mempersilakan Danais digunakan untuk budaya apapun, asalkan jelas pertanggungjawabannya. Apalagi banyak Danais yang belum habis digunakan.

"Kegunaannya (Danais) bermacam-macam seperti penetapan gubernur wakil gubernur, ngurusi pembentukan lembaga pemerintahan, urusan pertanahan, tata ruang dan kebudayaan. 80% khusus kebudayaan masyarakat," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved