BPBD Sleman Terus Berusaha Kurangi Dampak Bencana dari Angin Kencang dan Hujan
Biasanya angin kencang terjadi saat masa peralihan dari musim kemarau dan daru musim kemarau ke musim hujan.
Penulis: app | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Heru Saptono, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman menjelaskan, untuk mengurangi dampak angin kencang dan hujan yang terus mengguyur Kabupaten Sleman pihaknya telah melakukan tindakan seperti pemangkasan pohon.
"Mitigasi dengan pemangkasan pohon dahan yang rimbun. Beberapa titik yang terjadi tanah longsor kita tingkatkan kewaspandaan. Di wilayah Prambanan hampir semua desa kecuali Madurejo (rawan longsor)," tuturnya, Senin (20/11/2017).
Heru menjelaskan, angin kencang masih mungkin terjadi di wilayah Sleman.
Biasanya angin kencang terjadi saat masa peralihan dari musim kemarau dan daru musim kemarau ke musim hujan.
Baca: BPBD Sleman Gelar Gladi Penanggulangan Bencana di Desa Merdikorejo
"Masih kemungkinan terjadi angin kencangan untuk itu kita juga berkordinasi dengan DLH terkait pemangkasan pohon," cetusnya.
Sementara, beberapa pohon yang belum dilakukan pemangkadan terdapat di wilayah Mlati.
"Daerah yang pada tahun lalu terkana angin kencang di Malti, mungkin kita koordinasikan yang ada di sana," jelasnya
"Yang lain sudah dipangkas, beberapa di daerah Denggung. Kita juga nggak bisa pangkas habis karena berkaitan dengan lingkungan tetap lestari dan aman," bebernya.
Sementara, potensi longsor di Prambanan diperkirakan mulai pada Desember.
Hal tersebut lantaran kandungan air dalam tanah sudah jenuh, saat itu potensi longsor terjadi.
"Desember sampai Februai (hujan) intensitasnya sudah tinggi. Daya serap dan kemampuan tanah untuk menyerap sudah berkurang," jelasnya.
"Kita sudah siapkan masyarakat di masing-masing Desa Tanggung Bencana (Destana) misal Wukirharjo itu Dusun Watukangsi, Dusun Kllumprit sudah disiagakan," terangnya.
Masyarakat di wilayah tersebut juga diimbau untuk waspada ketika hujan terus mengguyur lebih dari dua jam.
"Kalau hujan lebih dari 2 jam warga harus sudah waspada pukul kentongan karena masyarakat yang tahu. Biasanya seperti itu," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)