Dokter Ini Pernah Jadi Perokok, Ini Caranya Agar Berhenti Merokok

Ia mulai merokok saat kuliah bersama teman-temannya yang juga perokok. Lama menjadi 'penghisap,' terbesit keinginan untuk berhenti

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM/KURNIATUL HIDAYAH
Suasana pelatihan berhenti merokok di RSA UGM, Kamis (7/9/2017). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Perokok bisa berasal dari berbagai kalangan, dokter sekalipun. Namun demikian, ada cara untuk berhenti merokok.

Ketua Pelatihan Edukasi Berhenti Merokok, dr Hangga Harinawantara menuturkan bahwa dirinya dulu adalah seorang perokok.

Ia mulai merokok saat kuliah bersama teman-temannya yang juga perokok. Lama menjadi 'penghisap', terbesit keinginan untuk menjauh dan tidak lagi mengonsumi rokok.

"Namun saya akui, itu bukanlah hal yang mudah," ujarnya kepada Tribun Jogja, Kamis (7/9/2017) di sela pelatihan berhenti merokok di RSA.

Kemudian, suatu hari Hangga tidak merokok selama seminggu dikarenakan sakit. Setelah sembuh ia pun berpikir, bahwa selama seminggu kemarin ia bisa sama sekali tidak merokok. Maka dari sana, komitmen untuk berhenti merokok berlanjut.

"Tips dari saya untuk bisa berhenti merokok adalah cari temen yang juga berhenti merokok, secara sosial akan terpengaruh. Nanti kalau belum berhasil, bisa ke klinik berhenti merokok di pelayanan kesehatan," terang pria yang berprofesi sebagai dokter umum tersebut.

Terkait pelatihan edukasi berhenti merokok, Hangga menjelaskan bahwa pelatihan tersebut melibatkan dua dusun yang ada di sekitar RSA UGM, yakni Kronggahan 1 dan 2. Jumlah kader dari dua dusun tersebut sekitar 33 orang.

"Kader dibekali tentang bahaya rokok, cara membantu orang berhenti merokok, kemudian mereka juga bisa merujuk ke pelayanan kesehatan yang punya klinik berhenti merokok," tuturnya.

Pelatihan bagi para kader tersebut merupakan tahapan awal untuk menciptakan dusun yang masuk dalam kriteria kawasan tanpa rokok.

Bentuk tindak lanjut dari pembekalan para kader tersebut, tambahnya, akan digagas adanya Paguyuban Berhenti Merokok.

"Di Paguyuban tersebut nanti akan dilakukan pertemuan rutin, mereka sharing dan saling memotivasi agar bisa berhenti merokok. Selain aspek sosial dengan saling bertemu tersebut, mereka juga bisa menggunakan bantuan teknologi dengan aplikasi berhenti merokok," bebernya.

Pada saat pemaparan, Hangga menjelaskan bahwa WHO memperkirakan pada 2030 dari 70 persen yang disebabkan oleh rokok akan terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Sementara itu, riset kesehatan dasar 2010 menyebutkan bahwa prevalensi perokok saat ini sebesar 34,7 persen atau lebih dari sepertiga penduduk merupakan perokok.(TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved