Ingat Nenek Berusia 125 Tahun yang Hidup Sebatang Kara di Bantul? Begini Kabar Terkininya
Mbah Sendrong sempat menyita perhatian netizen lantaran kehidupan masa tuanya yang tampak miris.
Penulis: Sulistiono | Editor: oda
Suami tiada, anak pun tak punya. Untungnya, dibalik penderitaan Mbah Sendrong yang begitu pelik, masih ada tetangga rumah yang peduli akan kesehatan dan kebutuhan sehari-harinya.
Mbah Sendrong ketika di rumah bambunya dirawat Linggaryati, perempuan berusia 56 tahun.
"Sejak kepergian suaminya, hidup simbah jauh dari kata cukup. Rasa lapar dan dahaga selalu ia rasa. Duit tak ada, terus mau makan apa?," ucap Linggar.
Melihat kondisi Mbah Sendrong yang sedemikian pilunya, Linggar pun tak tega. Setiap hari, Linggar dan kedua putranya merawat dan mencukupi kebutuhan sehari-hari Mbah Sendrong.
"Tiap pagi saya belikan bubur panas dan banyak kuah. Simbah seneng banget sama makanan berkuah dan panas. Siang saya kasih nasi dan lauk pauk yang berkuah dan teh panas. Malam saya sediakan ketela rebus karena simbah seneng banget," urai Linggar.
Tak hanya kebutuhan sehari-hari saja yang Linggar dan keluarganya berikan, dalam hal kebersihan pun tak luput dari perhatian Linggar.
Mbah Sendrong hanya satu di antara ribuan orang di DIY yang hidupnya memprihatinkan. Menurut Kepala Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial BPSTW Yogyakarta, Gatot Yulianto, penyandang masalah sosial di DIY ini sekitar 4.300 orang.
BPSTW Yogyakarta menampung semua lansia yang tidak mempunyai keluarga. Tetapi daya tampung BPSTW masih terbatas.
BPSTY Yogyakarta yang berada di Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul tersebut hanya mampu menampung 88 orang saja. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/mbah-sendrong2_20170319_005236.jpg)