LIPSUS : Kurang Ajar! Tembok Keraton Dicorat-Coret Cat Semprot
Hampir di semua sudut kota yang memiliki luasan 3.250 hektare terkena aksi corat coret
Penulis: dnh | Editor: Iwan Al Khasni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Yogyakarta belum terbebas dari aksi vandalisme. Hampir di semua sudut kota yang memiliki luasan 3.250 hektare terkena aksi corat coretyang tak jelas tujuannya kecuali mengotori pemandangan kota.
Aksi vandalisme menyasar dinding-dinding dan bangunan yang ada di komplek Keraton Yogyakarta. Diantaranya dari Plengkung Nirbaya atau Gading, Bastion Tembok keraton, kemudian bangunan cagar budaya dan obyek turisme utama Kota Yogyakarta yakni komplek Tamansari.
Masuk kategori vandalisme adalah coretan tulisan umumnya berupa simbol komunitas tertentu, kode, nama individu atau kelompok. Seni mural yang memiliki konsep tentu tidak masuk dalam kategori vandalisme.
TribunJogja.com mengunjungi beberapa sudut komplek Keraton tengah pekan kemarin, dari pantauan tersebut ditemukan aksi vandalisme yang cukup memperihatinkan.
Seperti yang ada di bagian atas dalam Pojok Beteng Kulon sebelah Selatan, coretan-coretan cat semprot mengotori putihnya warna tembok terluar Keraton tersebut.
Coretan tersebut masih terlihat baru, coretan bertuliskan nama dan juga inisial yang diduga kuat adalah inisial kelompok-kelompok tertentu.
Bergeser ke tempat lain, yakni di plengkung Nirbaya, pemandangan yang sama dapat dilihat, papan peringatan yang sudah terpasang pun nampaknya tidak mempan untuk mencegah terjadinya aksi vandal.
Terdapat banyak coretan yang sebagian sudah coba dihilangkan dengan cara dicat ulang namun masih terlihat jelas bagaimana corat-coret membekas.

Lebih parahnya lagi selain menyasar dinding, corat-coret yang ada di plengkung Nirbaya juga menyasar lantai yang berada di atas terowongan plengkung.
Tak hanya corat-coret dengan mengunakan cat semprot, vandal yang ada di plengkung Nirbaya juga dilakukan dengan mengunakan spidol.
.Disana aksi vandal dapat mudah ditemukan, seperti di Pulau Cemeti yang berlokasi di belakang pasar Ngasem, bangunan yang berwarna coklat tersebut jika didekati dan diamati banyak dipenuhi coretan-coretan.
Kondisi yang ada saat ini mengundang keprihatinan berbagai pihak, terutama pihak yang masih sangat menjunjung Keraton sebagai pusat budaya dan sejarah Jawa. Seperti yang diungkapkan oleh Nana, pegiat sosial yang mencoba mengkampanyekan perlawanan terhadap vandalisme di Yogyakarta termasuk di komplek Keraton.
Ditemui beberapa waktu lalu, wanita berjilbab tersebut menyebutkan bahwa saat ini aksi vandalisme tidak hanya menyasar tempat umum saja dan sudah ke benda cagar budaya termasuk Keraton yang dalam sejarah dan budaya Jawa sangat dihormati.
