Menilik Jejak Putra HB II yang Bantu Pangeran Diponegoro Berperang

Desa Wanurejo, di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang ternyata menyimpan petilasan bersejarah

Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Ikrob Didik Irawan
Tribun Jogja/Agung Ismiyanto
Dua orang tokoh masyarakat Desa Wanurejo sedang berziarah di petilasan makam putra Sri Sultan HB II, BPH Tejokusumo yang saat ini telah resmi menjadi Puroloyo Cikalan yang sudah diakui Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Senin (18/5/2015). 

Dia menjelaskan, keberadaan petilasan ini juga cukup erat dengan perang Diponegoro. Dimana, saat itu, sekitar tahun 1825 ketika terjadi perlawanan dari Pangeran Diponegoro terhadap kolonialisme Belanda di sepanjang pegunungan Menoreh, Tejokusumo yang juga dijuluki Eyang Wanu Tejokusumo ikut membantu laskar tersebut.

“Cara beliau membantu Pangeran Diponegoro adalah dengan menyamar dengan nama Wanurejo dan bersatu dengan laskar Diponegoro untuk melawan Belanda,” paparnya.

Sebagai buktinya, saat ini masih disimpan bedhug genderang perang di masjib Tiban Baitur Rohman Dusun Tingal Wetan.

Pada tahun 1836 karena eyang Wanu Tejokusumo meninggal dunia, maka sebagai sebuah penghormatan maka nama Kadipaten Wonorejo diabadikan menjadi Wanurejo.

Sukiyadi menyebut, untuk menggali sejarah petilasan ini tidak mudah.

Dia bersama dengan tim dari desanya bekerja menggali informasi dari mulut ke mulut yang disebutnya tutur tinular dari sesepuh desa. Termasuk, berusaha mencari dokumen-dokumen otentik.

“Kami mulai bekerja tahun 2009 dan karena ridho Allah, akhirnya Kraton mengeluarkan kekancingan tersebut, tepat pada 16 Mei lalu,” ujarnya.

Dia menjelaskan, pihak Kraton Ngayogyakarta Hdiningrat memberikan surat kekancingan itu, Sabtu Malam (16/5). Di halaman makam, piagam kekancingan dengan nomor 028/KHPP/Mulud.I/EHE.1948.2015 tertanggal 25 Mulud EHE 1948 / 16 Januari 2015, yang ditandatangani oleh GKR.

Condrokirono, secara resmi diberikan oleh KRT Jatiningrat mewakili Kraton Ngayogyakarta kepada Kepala Desa Wanurejo Umi Aminah.

Dengan adanya kekancingan ini, makam yang diyakini masyarakat sekitar perbukitan Menoreh sebagai makam petilasan keturunan Sri Sultan Hamengku Buwono ke II putra ke 76 ini, resmi di kukuhkan menjadi makam petilasan “Puroloyo Cikalan”.

Hal ini juga ditandai dengan peletakan air tujuh rupa dan penanaman pohon cikal di dekat petilasan.

Ketua RT III Dusun Tingal Kulon, Luardi Bendung menjelaskan, KRT Jatiningrat berpesan agar masyarakat lebih bisa menghargai para leluhur, tidak sekedar merawat akan tetapi juga selalu berdoa memohonkan ampunan.

Kedepannya, akan ada abdi dalem yang akan bertugas untuk menjaga petilasan tersebut. Termasuk, jalan naik ke petilasan ini akan dibuat 17 anak tangga sesuai tanggal lahir BPH Tejokusumo, 17 Mei dan saat merasuk agama Islam dia melakukan salat 17 rakaat.

“Kami berharap agar petilasan cikalan ini juga menjadi cikal bakal perkembangan pariwisata khususnya di wilayah Wanurejo. Nantinya, akan membawa kesejahteraan bagi warga sekitar,” tandasnya. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Tags
Diponegoro
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved