Berita Tekno
5 Alasan Host AI Jadi Mitra Baru Bagi Kreator dan Penjual Online
Pendekatan utama dari teknologi AI bukanlah menggantikan host manusia, tetapi membantu mereka menjaga ritme penjualan.
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Bunga Kartikasari
Ringkasan Berita:
- AI untuk bantu, bukan ganti manusia. BuzzLive AI dirancang agar toko bisa tetap live 24 jam dengan bantuan AI tanpa kehilangan sentuhan manusia.
- Keaslian dan interaksi tetap dijaga. Avatar AI meniru gaya dan emosi host asli, serta tetap bisa menjawab pertanyaan penonton secara kontekstual.
- Bagian dari visi kolaborasi Asia. Hash Entertainment ingin menunjukkan bahwa AI adalah sekutu kreator, memperluas peluang usaha di wilayah Asia.
TRIBUNJOGJA.COM - Di tengah persaingan e-commerce yang kian ketat, pelaku usaha dituntut untuk selalu aktif menyapa pembeli, bahkan ketika tenaga dan waktu tidak memungkinkan.
Tantangan inilah yang mulai dijawab lewat kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dirancang khusus untuk dunia live shopping.
Dalam acara Hashloween 2025 di Sleman City Hall, sabtu (1/11/2025), Hash Entertainment Asia meluncurkan BuzzLive AI yang menjadi evolusi terbaru dari BuzzLive, platform yang mempelopori konsep shoppertainment dengan menggabungkan penjualan langsung dan hiburan.
Inovasi ini memungkinkan toko tetap menayangkan siaran langsung selama 24 jam tanpa kehilangan sentuhan manusia. Bukan menggantikan peran manusia, melainkan memperkuat dan memperpanjang daya jangkau mereka di dunia digital.
Berikut lima hal menarik tentang teknologi AI baru yang sedang ramai dibicarakan di industri shoppertainment.
1. AI yang Diciptakan untuk Membantu, Bukan Menggantikan
Pendekatan utama dari teknologi ini bukanlah menggantikan host manusia, tetapi membantu mereka menjaga ritme penjualan.
“AI seharusnya memperkuat, bukan menghapus sisi kemanusiaan,” ujar Je Radite, pendiri Hash Entertainment Asia.
Melalui teknologi ini, pihaknya membangun alat yang memungkinkan orang beristirahat, bermimpi, dan berkembang, sementara ide-ide mereka terus bekerja untuk mereka.
Menurutnya, banyak toko kesulitan mempertahankan performa live yang panjang.
“Manusia bisa lelah, dan ketika lelah, penjualan pun turun. Dengan AI, performa toko bisa stabil dan penonton tetap terlayani di setiap jam,” katanya.
2. Menjaga Keaslian di Tengah Otomatisasi
Avatar dan duta merek virtual yang digunakan dalam siaran berbasis AI tidak dirancang untuk menggantikan wajah manusia, tetapi memperluas kemampuannya. Setiap karakter digital dibuat agar sesuai dengan gaya bicara, ekspresi, bahkan emosi khas pemilik tokonya.
“Kita berjanji, siapapun yang berkolaborasi dengan kita harus mengadopsi manusianya dulu baru menggunakan AI sebagai pelengkap dari pelayanannya,” ujar Je Radite menegaskan.
Ia juga menyebut bahwa sejumlah platform e-commerce masih melarang toko yang sepenuhnya dijalankan robot. Karena itu, peran manusia tetap ada sebagai pengarah dan pengendali utama siaran.
Baca juga: Logitech B175: Rekomendasi Mouse Wireless Harga Rp 100 Ribuan
3. Masih Bisa Interaksi Dua Arah
Meskipun dijalankan oleh sistem otomatis, teknologi ini tetap memungkinkan interaksi dua arah.
Direktur Operasional Hash Entertainment, Fabian, menjelaskan bahwa setiap toko yang menggunakan layanan ini akan melewati proses persiapan konten yang mendetail.
“Sebelum live, kami membuat QnA tentang produk, diskon, pengiriman, dan informasi lain. AI kami latih berdasarkan data itu, sehingga ketika penonton bertanya, sistem bisa menjawab sesuai konteks yang benar,” katanya.
Dengan pendekatan ini, siaran AI tidak hanya membaca skrip, tetapi mampu menanggapi pertanyaan penonton layaknya host manusia.
4. Proses Melatih AI Tidak Instan
Di balik tampilan yang halus dan interaktif, ada proses panjang untuk membuat AI siap tampil.
Daffa Salman Hafizh, BuzzLive Business Lead, menjelaskan bahwa pelatihan ini lebih rumit daripada menyiapkan host manusia.
“Kalau host manusia bisa siap live dalam satu sampai tiga hari, AI butuh waktu dua sampai tiga minggu untuk training,” ujarnya.
Proses ini mencakup pembuatan database percakapan, latihan pengucapan, hingga uji reaksi terhadap pertanyaan tak terduga. Sistem perlu memahami pola tanya-jawab khas penonton, memilih kata yang alami, dan menyesuaikan nada suara agar terasa manusiawi.
Dengan cara itu, AI tidak sekadar meniru, tapi benar-benar memahami konteks percakapan di dunia live commerce.
5. Bagian dari Visi Regional yang Lebih Luas
Teknologi ini bukan hanya inovasi tunggal, tetapi bagian dari visi besar yang ingin mendorong kolaborasi manusia dan mesin di Asia.
Hash Entertainment Asia kini memperluas jangkauannya ke Seoul dan Bangkok, membawa semangat untuk mendemokratisasi perdagangan kreatif.
Melalui langkah ini, mereka berharap teknologi AI bisa menjadi alat bantu yang membuka peluang baru, bukan ancaman bagi para kreator dan pelaku usaha kecil.
‘AI sebagai sekutu, bukan pesaing’ menjadi prinsip utama yang ingin mereka tunjukkan, bahwa empati dan inovasi tetap bisa berjalan berdampingan.
Di dunia digital yang terus bergerak tanpa henti, teknologi seperti ini hadir sebagai solusi yang realistis.
Ia bukan pengganti manusia, melainkan perpanjangan tangan mereka.
AI tidak lagi sekadar mesin pintar, tetapi rekan kerja yang siap membantu agar kreativitas manusia bisa terus hidup, bahkan ketika waktunya beristirahat.
( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )
| PERHATIAN! DAFTAR Power Bank Anker yang Ditarik dari Pasaran Indonesia, Cek Punya Anda |
|
|---|
| WhatsApp Perkenalkan Deretan Fitur Terbaru : Pengguna Bisa Bikin Grup dalam Grup |
|
|---|
| BERHASIL! Trik Agar Loading WhatsApp Web di Komputer Lebih Cepat |
|
|---|
| Serius Nih Apple? iPhone dan iPad Rumornya Akan Dijual Sebagai Layanan Berlangganan |
|
|---|
| Bocoran iPhone 14 : Benarkah Tanpa Slot Kartu SIM? |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.