BeBot di Bali: Inovasi Teknologi untuk Pariwisata dan Lingkungan yang Bersih

Tahun 2025 menandai langkah baru yaitu pengenalan robot pembersih pantai (BeBot) yang mulai diujicobakan di beberapa lokasi di Bali.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Muhammad Fatoni
by google
BeBot, robot pembersih pantai bertenaga listrik 

TRIBUNJOGJA.COM - Bali sebagai salah satu destinasi wisata pantai paling populer di dunia menghadapi tantangan besar terkait sampah pantai dan mikroplastik yang datang dari laut maupun aktivitas manusia di daratan.

Tahun 2025 menandai langkah baru yaitu pengenalan robot pembersih pantai (BeBot) yang mulai diujicobakan di beberapa lokasi di Bali.

Artikel ini mengulas secara mendalam apa itu robot pembersih pantai yang dipakai di Bali.

Dari bagaimana cara kerjanya, capaian awal, manfaat lingkungan dan pariwisata, tantangan operasional, serta rekomendasi agar teknologi ini memberi dampak optimal bagi komunitas pesisir.

1. Apa itu robot pembersih pantai (BeBot)?

BeBot adalah robot pembersih pantai bertenaga listrik yang dirancang untuk mengumpulkan puing kecil, mikroplastik, puntung rokok, pecahan kaca, dan sampah ringan yang sering tersembunyi di antara pasir.

Unit yang dipakai di Bali dikendalikan dari jarak jauh (remote-controlled), dilengkapi sistem penyaringan pasir yang mampu mengambil benda sampai kedalaman tertentu tanpa mengganggu ekosistem pantai.

Varian yang dioperasikan di FINNS Beach Club juga menggunakan panel surya untuk memperpanjang waktu operasi dan menurunkan jejak karbon operasional.

BeBot telah digunakan untuk mengumpulkan mikroplastik dan sampah-sampah kecil di area pantai FINNS.

Robot ini beroperasi setiap hari dengan membersihkan 5.600 meter persegi per hari atau lebih dari 168.000 meter persegi per bulan.

2. Kapan dan di mana robot ini mulai diuji coba di Bali?

Peluncuran dan uji coba komersial BeBot di Bali diumumkan dan dipertunjukkan pada acara Future Nation Day yang diadakan oleh FINNS Bali.

Robot mulai dioperasikan di pantai-pantai seperti Berawa dan Perancak. 

Sejak Selasa, 19 Agustus 2025, robot pembersih pantai bernama BeBot resmi beroperasi.

Robot ini dirancang untuk memungut sampah kecil seperti puntung rokok, pecahan kaca, dan pecahan plastik yang biasanya sulit dikumpulkan menggunakan sapu atau alat manual.

Ditenagai listrik dan dikendalikan melalui remote, BeBot dapat menyaring pasir hingga kedalaman 10 sentimeter.

Dengan sekali pengisian daya baterai yang berlangsung sekitar tiga jam, robot ini dapat membersihkan area seluas 5.600 meter persegi, setara dengan tiga lapangan sepak bola.

3. Fitur teknis utama & kapasitas pembersihan

Berikut ringkasan fitur dan kemampuan yang dilaporkan untuk model yang dipakai di Bali:

  • Sumber tenaga: listrik dengan dukungan panel surya (solar-assisted). 
  • Mode kendali: remote-controlled / dikendalikan operator, bukan sepenuhnya otonom (meski beberapa fungsi pembersihan dilakukan otomatis). 
  • Kedalaman penyaringan pasir: mampu menyaring dan mengambil sampah sampai sekitar 10 cm dari permukaan pasir (berguna untuk mikroplastik dan puntung rokok). 
  • Area pembersihan harian: laporan berbeda-beda  angka yang banyak dikutip menyebut ~5.600 m⊃2; per hari atau pembersihan selama ±2,5 jam operasi aktifbergantung kondisi cuaca, ukuran baterai, dan kecepatan patroli, ada pula laporan pembersihan 180 m panjang garis pantai per sesi.
  • Kapasitas penampungan sampah: unit komersial menangani beberapa kilogram sampah per sesi (angka yang dilansir bervariasi, dan kapasitas bergantung model dan konfigurasi kontainer).

4. Dampak awal dan manfaat yang dilaporkan

Beberapa manfaat yang dilaporkan dari uji coba awal:

Pengurangan sampah terlihat pada area yang dibersihkan sejumlah laporan dan perwakilan lokasi menyebut penurunan volume sampah kasat mata yang tersisa untuk diangkut ke TPA di lokasi uji coba.

Ada klaim penurunan persentase konversi sampah ke TPA di lokasi tertentu, namun ini perlu diverifikasi lebih lanjut dengan data jangka panjang. 

Meningkatkan citra pariwisata dan pengalaman pengunjung, terutama di pantai-pantai populer yang sering menjadi sorotan internasional.

Penerapan teknologi ini juga dipakai sebagai bagian dari strategi ESG (environmental, social, governance) operator pariwisata.

Menangkap sampah mikro yang sering lolos dari pembersihan manual (mis. puntung rokok, serpihan plastik kecil), sehingga membantu mencegah masuknya lebih banyak mikroplastik ke ekosistem laut. 

5. Keterbatasan & tantangan operasional

Meskipun menjanjikan, beberapa keterbatasan penting perlu diperhatikan:

Bukan solusi tunggal: robot bekerja paling baik sebagai pelengkap, bukan pengganti total, untuk upaya pembersihan manual, pengelolaan sumber sampah hulu, dan edukasi masyarakat.

Kapasitas & waktu operasi terbatas: durasi operasi per hari (min 2,5 jam) dan jumlah sampah per sesi masih terbatas.

Pantai dengan kontaminasi berat atau ketika ada pasang-surut besar mungkin memerlukan dukungan manusia dan peralatan berat. 

Biaya awal dan pemeliharaan: investasi pembelian/penyewaan unit tidak kecil (laporan menyebut kisaran puluhan hingga ratusan juta hingga 1 miliar pada beberapa liputan).

Plus biaya perawatan dan operator. Ini menjadi pertimbangan besar untuk adopsi luas di desa-desa pesisir.

Risiko gangguan ekosistem: jika tidak dikonfigurasi dengan hati-hati, pembersihan yang terlalu dalam dapat mengganggu biota pasir (organisme intertidal).

Oleh karena itu, pengaturan kedalaman penyaringan dan area operasi harus disesuaikan dengan studi lingkungan.

Dengan model kemitraan yang tepat, pengawasan lingkungan, dan pendanaan terencana, robot pembersih pantai bisa menjadi alat efektif dalam rangka menjaga pesisir Bali untuk generasi yang akan datang.

(MG/Anggitya Trilaksono)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved