Wujud Protes Persoalan Sampah, Warga Kaligawe Klaten Upacara Bendera di TPA Troketon
Warga mengibarkan bendera merah putih menggunakan sebuah tiang besi yang diikat di salah satu beton pembatas.
Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Puluhan warga Desa Kaligawe yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli TPA Troketon Pedan (Ampera) menggelar upacara bendera memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Repubik Indonesia (RI) di TPA Troketon, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Minggu (17/8/2025).
Upacara berlangsung khidmat di antara kolam penampung limbah lindi dan gunungan sampah.
Warga mengibarkan bendera merah putih menggunakan sebuah tiang besi yang diikat di salah satu beton pembatas. Gelaran upacara itu dipimpin oleh Sekretaris Ampera Klaten, Suhardi Wiyanto, selaku inspektur upacara.
Ditemui usai kegiatan, Suhardi mengatakan upacara bendera di TPA Troketon itu digelar sebagai bentuk protes kepada pemerintah bahwa masih banyak hal yang perlu dibenahi di tempat pemrosesan akhir sampah tingkat kabupaten itu.
"Terutama terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten yang secara komprehensif. Sebenarnya pada 14 Mei 2025 lalu kami mengajukan sembilan tuntutan. Nah batas waktunya satu bulan, tapi ini sudah tiga bulan dan kami menganggap belum ada progres," ungkapnya kepada Tribun Jogja, Minggu (17/8/2025).
Lewat gelaran upacara tersebut, diharapkan masyarakat sekitar TPA Troketon bisa merdeka dari persoalan sampah. Pihaknya berharap, pemerintah segera melangkah menyelesaikan persoalan sampah itu.
"Saudara-saudara kami yang berada di sekitar sini dan Kabupaten Klaten umumnya bisa merdeka dari persoalan sampah," ujarnya.
Gelaran upacara di TPA Troketon itu diikuti sebanyak 20-25 orang warga desa sekitar. Salah satunya, Nur Cahya, warga Dukuh Pengkol, Desa Kaligawe, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Nur mengaku ikut upacara tersebut karena merasa prihatin dengan kondisi sampah di TPA Troketon yang belum dieksekusi dengan baik. Ia khawatir jika tidak segera ditangani, sampah yang ada di TPA Troketon bisa semakin melebar atau membesar.
Apalagi, dampak limbah sampah mulai dirasakan warga sekitar. Semisal di sebelah selatan TPA yakni Dukuh Mancungan, Desa Kalangan, Kecamatan Pedan, dikatakan airnya sudah tidak layak dikonsumsi.
"Saya juga ikut merasakan dampaknya, yang tidak bisa dilupakan itu bau tak sedap. Terutama kalau anginnya ke utara, pasti terkena baunya. Terus dampak lainnya adalah lalat, itu sudah menjijikan," ucap dia.
Ia berharap lewat upacara tersebut, Pemkab Klaten bisa terbuka hatinya agar dianggarkan untuk segera dieksekusi. Dikatakan, upacara itu sebagai bentuk protes secara halus dari masyarakat kepada pemerintah. Masyarakat pun dikatakan kini semakin cerdas dan kritis.
"Jadi sampah itu diproduksi tidak ditumpuk saja. Termasuk ipalnya," tandasnya. (drm)
Warga Nanggulan Kulon Progo Angkat Keberagaman di Upacara Peringatan HUT Ke-80 RI |
![]() |
---|
Nenek Asal Gunungkidul Ini Ikut Upacara Bendera di Tengah Sungai |
![]() |
---|
Kisah Pria Klaten Pemenang Desain Logo Hari Jadi ke-80 Jateng, Sering Kalah Lomba Tapi Terus Mencoba |
![]() |
---|
Dr Hasto Ajak Warga Maknai 80 Tahun Kemerdekaan dengan Persatuan dan Peduli Lingkungan |
![]() |
---|
Sarang Burung di Cerobong Asap Picu Ruangan Oven Kayu Usaha Mebel di Klaten Terbakar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.