Info Pendidikan: EHEF 2025 Hadir di GIK UGM, 87 Kampus Eropa Tawarkan Beasiswa

Pameran pendidikan tinggi Eropa atau European Higher Education Fair (EHEF) 2025 kembali digelar di Yogyakarta, menghadirkan 87 universitas dari 16

|
instagram.com/ehef.id
Info Pendidikan: EHEF 2025 Hadir di GIK UGM, 87 Kampus Eropa Tawarkan Beasiswa 
Ringkasan Berita:
  • Pameran pendidikan tinggi Eropa terbesar di dunia digelar di GIK UGM, Kamis (6/11/2025), membuka peluang beasiswa dan studi internasional bagi pelajar Indonesia.
  • Selama 17 tahun berturut-turut, Indonesia menjadi penyelenggara EHEF terbesar di dunia dengan ribuan pengunjung setiap tahun.
  • EHEF 2025 hadir dengan program “1000 Green Engineering” dan kampanye “Women in STEM” untuk mendorong pendidikan berkelanjutan dan setara gender.

 

TRIBUNJOGJA.COM – Pameran pendidikan tinggi Eropa atau European Higher Education Fair (EHEF) 2025 kembali digelar di Yogyakarta, menghadirkan 87 universitas dari 16 negara.

Tahun ini, acara tahunan yang sudah berjalan selama 17 tahun itu digelar di Gedung Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM, Kamis (6/11/2025).

EHEF menjadi salah satu program unggulan Uni Eropa yang telah terselenggara secara konsisten di berbagai negara. Di Indonesia sendiri, EHEF disebut sebagai yang terbesar di dunia, dengan ribuan pengunjung setiap tahun.

“Setelah 17 tahun berjalan, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan EHEF terbesar di seluruh dunia,” ungkap Sari Soegondo, perwakilan Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia.

Menurutnya, EHEF bukan hanya sekadar pameran pendidikan, tetapi wujud nyata komitmen Uni Eropa dalam memperkuat kerja sama di bidang pendidikan tinggi dan diplomasi antar masyarakat. 

“Transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan itu penting, tapi yang lebih mendalam adalah pengalaman sosial budaya yang didapat selama studi di Eropa,” ujarnya.

Jogja Jadi Magnet Mahasiswa

Kembali digelarnya EHEF di Yogyakarta bukan tanpa alasan. Antusiasme pelajar dan mahasiswa di kota pelajar ini disebut sangat tinggi. Tahun ini menjadi penyelenggaraan keenam di Yogyakarta, setelah sempat digelar di Graha Sabha Pramana UGM pada tahun-tahun sebelumnya.

“Permintaan untuk kembali ke Jogja justru datang dari peserta pameran sendiri. Mereka melihat kualitas pengunjung di sini sangat baik, eksploratif, dan punya semangat belajar tinggi,” kata Sari.

Untuk mengakomodasi jumlah peserta dan pengunjung yang semakin besar, panitia memindahkan lokasi ke GIK UGM yang dinilai lebih lapang, modern, dan nyaman.

Moditya Rahmatujaya, promotor acara EHEF 2025, menambahkan bahwa tahun ini menjadi penyelenggaraan ke-17 secara nasional. Selain di Yogyakarta, EHEF juga akan berlangsung di Menara Astra, Jakarta, pada 8–9 November mendatang.

“Total ada 104 universitas peserta di Jakarta dan 87 universitas di Jogja,” jelasnya.

Negara-negara yang berpartisipasi di antaranya Belanda, Swedia, Finlandia, Polandia, Italia, Irlandia, Prancis, Jerman, hingga Indonesia sebagai mitra lokal.

Daftar 104 Universitas dari 16 Negara

  • Belanda: 11 universitas
  • Swedia: 9 universitas
  • Finlandia: 6 universitas
  • Polandia: 2 universitas
  • Italia: 4 universitas
  • Irlandia: 4 universitas
  • Rumania: 5 universitas
  • Spanyol: 1 universitas
  • Austria: 2 universitas
  • Ceko: 1 universitas
  • Jerman: 12 universitas
  • Hungaria: 1 universitas
  • Latvia: 1 universitas
  • Belgia: 1 universitas
  • Prancis: 21 universitas
  • Indonesia: 2 universitas

Selain pameran utama, EHEF juga akan menghadirkan sesi breakout room untuk presentasi universitas dan tips studi di luar negeri, serta presentasi di panggung utama setiap jamnya.

Serangkaian kegiatan pendukung seperti 14 webinar, 10 Instagram Live, dan 3 episode podcast juga disiapkan sebagai bagian dari kampanye EHEF 2025.

Baca juga: Beasiswa Fulbright 2026 Dibuka: Kuliah S2-S3 di AS, Ini Syarat & Cara Daftarnya

Hadirkan Program Beasiswa dan Studi Lintas Negara

EHEF 2025 tak hanya memperkenalkan berbagai universitas Eropa, tetapi juga membuka akses informasi seputar program beasiswa dan kerja sama internasional.

Salah satu program unggulan yang banyak diminati adalah Erasmus Mundus Joint Masters (EMJM), yang memungkinkan mahasiswa menempuh studi S2 di lebih dari satu negara Eropa selama dua tahun.

Selain itu, ada pula Marie Skłodowska-Curie Actions untuk jenjang doktoral dan riset, serta Visiting Scholars Program yang membuka peluang bagi dosen dan profesor untuk melakukan pertukaran akademik.

“Setiap tahunnya, Uni Eropa dan negara-negara anggotanya menyediakan lebih dari 1.000 beasiswa untuk pelajar Indonesia,” ujar Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, H.E. Denis Chaibi, dalam keterangan tertulisnya.

Ia menyebut, lebih dari 4.000 pelajar dan akademisi Indonesia berangkat ke Eropa setiap tahun melalui berbagai skema beasiswa maupun pembiayaan mandiri.

Luncurkan Program ‘1000 Green Engineering’

Dalam penyelenggaraan tahun ini, Uni Eropa juga memperkenalkan inisiatif baru bertajuk “1000 Green Engineering”, hasil kolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pendidikan Indonesia.

Program ini mendukung transisi energi dan pembangunan berkelanjutan melalui pendidikan di bidang teknik hijau, manajemen limbah, transportasi listrik, hingga teknologi digital ramah lingkungan.

Sebagai bagian dari inisiatif ini, akan diluncurkan website interaktif berisi database program studi dan beasiswa khusus Green Engineering, yang dikembangkan oleh EU Indonesia Cooperation Facility.

Dorong Perempuan di Bidang STEM

Selain pendidikan hijau, EHEF 2025 juga mengangkat kampanye “Women in STEM” untuk mendorong lebih banyak pelajar perempuan terjun ke bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics.

Kampanye ini menjadi bagian dari komitmen Uni Eropa terhadap pendidikan yang inklusif dan setara gender.

“Uni Eropa ingin memastikan semua disiplin ilmu dapat diakses siapa saja tanpa memandang gender,” tutur Sari Soegondo.

Dengan beragam program dan inisiatifnya, EHEF 2025 di Yogyakarta menjadi momentum penting bagi pelajar Indonesia untuk menjajaki peluang pendidikan tinggi di Eropa, sekaligus memperkuat nilai keberlanjutan dan kesetaraan dalam dunia akademik.

“Melalui pendidikan, kita membangun jembatan antarbangsa. Di situlah masa depan yang lebih hijau dan inklusif dimulai,” tutup Sari.

( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved