Uma Mentawai: Arsitektur Komunal yang Menyatu dengan Filosofi Hutan Alam
Uma tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung fisik, tetapi juga sebagai pusat aktivitas sosial dan spiritual Suku Mentawai.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM – Kepulauan Mentawai, sebuah gugusan pulau eksotis di lepas pantai barat Sumatra, menyimpan warisan budaya yang amat kaya, salah satunya adalah rumah tradisional yang dikenal sebagai Uma.
Lebih dari sekadar struktur hunian, Uma merupakan manifestasi nyata dari filosofi hidup masyarakat Mentawai yang menjunjung tinggi keselarasan dan integrasi mendalam dengan alam hutan.
Arsitektur Uma tidak hanya mencerminkan keterampilan konstruksi yang diwariskan turun-temurun, tetapi juga keyakinan spiritual yang mengakar kuat pada prinsip animisme.
Secara fungsional, Uma adalah rumah panjang komunal yang menjadi tempat tinggal bagi lima hingga sepuluh keluarga besar yang memiliki hubungan kekerabatan.
Ukurannya yang megah dengan memiliki panjang sekitar 30 meter dan lebar 10 meter yang menegaskan peran sentralnya.
Uma tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung fisik, tetapi juga sebagai pusat aktivitas sosial dan spiritual Suku Mentawai.
Segala upacara adat penting, pesta syukur disebut punen, pertemuan keluarga, hingga penyimpanan benda-benda pusaka, semuanya dilaksanakan di dalam Uma.
Peran ganda ini menjadikan Uma sebagai simbol identitas dan kohesi komunitas.
Arsitektur yang Selaras dengan Lingkungan Hutan
Integrasi Uma dengan alam tercermin jelas dalam pemilihan material dan rancangan bangunannya.
1. Material Alami dari Hutan
Pembangunan Uma sepenuhnya menggunakan bahan-bahan yang diperoleh secara lestari dari lingkungan sekitar, menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Sebagian besar tiang, balok dan lantai terbuat dari jenis kayu keras yang dipilih dari hutan, seperti kayu arriribuk.
Atap Uma yang berbentuk pelana dan menjulang tinggi terbuat dari material alami, seperti daun sagu, ijuk, atau daun palem hutan (tobat leleu) yang sangat efektif menangkis curah hujan lebat di daerah tropis.
2. Kontruksi Bebas Paku dan Panggung Tinggi
Filosofi dan Makna Jumlah Tangga pada Rumah Adat Suku Baduy |
![]() |
---|
Event Seni dan Budaya di Jogja 10 hingga 11 Oktober 2025 |
![]() |
---|
Mengenal 6 Teknik Pembuatan Batik Indonesia yang Unik dan Beragam |
![]() |
---|
Hari Batik Nasional: Warisan Budaya Bangsa yang Kian Mendunia di Era Digital |
![]() |
---|
25 Caption Terbaik untuk Twibbon Hari Batik Nasional 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.