“Mungkin sudah lebih dari lima angkatan. Satu angkatan biasanya terdiri dari sekitar 30 orang, dan itu berlangsung berkelanjutan sejak tahun 2005. Namun, ketika kami bergabung dengan Kementerian Desa, karena fokus program tidak lagi murni untuk transmigrasi lokal, pembinaan sempat terhenti. Sekarang, setelah kembali menjadi Kementerian Transmigrasi, wilayah kerja kami di BBPPMT Yogyakarta meliputi enam provinsi, salah satunya adalah DIY,” katanya.
Ia menambahkan, program Kementerian Transmigrasi tidak hanya menyasar warga transmigrasi asal, tetapi juga transmigran resettlement.
“Program dari Kementerian Transmigrasi bukan hanya ditujukan bagi transmigran penduduk asal, tetapi juga bagi transmigran resettlement, seperti di Karangtengah. Sebagian dari mereka adalah eks-transmigran dari daerah konflik—misalnya dari Aceh, Sampit, dan Poso—yang kemudian dikembalikan dan ditempatkan di kawasan translok. Proses resettlement ini sudah berlangsung cukup lama, sekitar awal tahun 2000-an. Oleh karena itu, apa yang kami lakukan di kawasan translok adalah fokus pada peningkatan kapasitas, tidak hanya bagi transmigran penduduk asal tetapi juga bagi transmigran resettlement,” jelas Galuh.
Ditambahkan Galuh, dalam kesempatan tersebut turut diserahkan bantuan hasil pertanian di Denplot sebanyak 100 goodie bag, berisi sayur, telur ayam, telur bebek, dan jagung. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.