Kekayaan Budaya dalam Balutan Pakaian Adat Suku Dayak Kalimantan Barat
Pakaian ini tidak sekadar penutup tubuh, melainkan simbol status sosial, kepercayaan, dan hubungan erat masyarakat Dayak dengan alam.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM – Kalimantan Barat dengan keanekaragaman suku dan budayanya, memiliki warisan tak benda yang sangat berharga, salah satunya adalah pakaian adat tradisional Suku Dayak.
Pakaian ini tidak sekadar penutup tubuh, melainkan simbol status sosial, kepercayaan, dan hubungan erat masyarakat Dayak dengan alam.
Pakaian adat Dayak di Kalimantan Barat memiliki banyak variasi tergantung pada sub-sukunya, seperti Dayak Iban, Dayak Kanayatn, Dayak Bidayuh, dan lain-lain.
Namun, secara umum ciri khas utamanya terletak pada penggunaan bahan alami dan ornamen yang penuh makna.
Ciri khas yang paling menonjol dari pakaian adat Dayak tradisional adalah bahan utamanya.
1. Kulit Kayu (Kapuak)

Sebelum mengenal tekstil modern, Suku Dayak menggunakan kulit kayu tertentu, terutama dari pohon Puang atau Kapuak, sebagai bahan dasar pakaian.
Proses pembuatannya melalui kulit kayu dikupas, direndam, kemudian dipukul-pukul hingga menghasilkan lembaran kain yang lembut dan fleksibel.
Pakaian dari kulit kayu ini sering dihiasi dengan lukisan etnik dan manik-manik.
Meskipun kini jarang digunakan dalam sehari-hari, pakaian kulit kayu tetap dipakai dalam ritual dan upacara adat.
2. Kain Tenun (Tanoen)

Selain kulit kayu, beberapa sub-suku Dayak juga mahir menenun.
Kain tenun ikat mereka kaya akan warna dan motif geometris yang diwariskan secara turun-temurun, berfungsi sebagai bahan pelengkap atau bahan utama pakaian upacara.
Pakaian Adat Pria

Pakaian adat tradisional untuk pria Dayak dikenal dengan nama King Baba.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.