Akal Bulus Butuh Tani di Pagar Alam Jual Daging Kucing yang Disamarkan Jadi Daging Kambing Muda

Selama lima bulan terakhir, Sujadi (55), warga asal Lampung Tengah yang menetap di Pagar Alam, Sumatera Selatan menjadi penjagal kucing.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
pixabay
Ilustrasi kucing liar 

 "Dari hasil pemeriksaan, tersangka mengakui telah menjagal sebanyak 100 ekor kucing yang kemudian dijual kepada warga seharga Rp 100 ribu per kilogram," ujar Januar dikutip dari Kompas.com.

Kucing-kucing yang disembelih oleh Sujadi ini diperoleh dari jalanan.

Dia kemudian menyembelihnya dan mengambil dagingnya untuk dijual ke masyarakat.

Untuk menutupi bahwa daging yang dijualnya adalah daging kucing, Sujadi menawarkan ke masyarakat dengan menyebut daging kambing muda.

"Tersangka mengaku mendapatkan kucing tersebut di jalanan dan menjagalnya," jelasnya.

Dalam penangkapan, polisi menyita barang bukti berupa seekor kucing Anggora hidup dan dua bilah pisau yang digunakan untuk menyembelih.

"Pengakuan tersangka menyatakan bahwa ia menjagal atau memotong sendiri kucing yang didapatkan di jalanan tersebut," tambah Kapolres.

Sujadi sendiri mengaku dirinya nekat menjagal kucing lantaran terdesak kebutuhan ekonomi.

Ia mengaku penghasilannya sebagai buruh tani dan pekerja serabutan tak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Dalam lima bulan terakhir, ia mulai menangkap kucing jenis Persia maupun Anggora yang berkeliaran di sekitar permukiman. Hewan-hewan itu kemudian ia sembelih, kuliti, dan dijual berkeliling.

"Saya terdesak keadaan karena tidak punya pekerjaan lain. Karena banyak yang terkecoh dan uang yang saya dapat lumayan, saya teruskan pekerjaan ini," ujar Sujadi saat diperiksa di Polres Pagar Alam, Kamis (4/9/2025).

Agar tidak menimbulkan kecurigaan, daging kucing yang dijual dilumuri perasan jeruk nipis dan bubuk kunyit. Ia menawarkan dengan harga Rp 100 ribu per kilogram. 

Dalam sehari, Sujadi bisa memotong dua hingga tiga ekor kucing.

Untuk menghindari perhatian warga, ia memilih lokasi sepi seperti kolong jembatan atau pinggir sungai saat menjagal.

"Setelah saya jagal, saya tawarkan keliling kampung. Ada yang beli, ada pula yang tidak, sambil itu saya tangkap kucing yang berkeliaran atau lepas di jalanan," ungkapnya.

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved