Ariyo Wahab, Marsha Timothy dan Para Pemeran Tukar Takdir Sapa Penonton Yogyakarta
Ratusan penonton yang baru saja larut dalam film Tukar Takdir tak menyangka akan disapa langsung oleh para pemerannya
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM - Bagaimana manusia menghadapi kehilangan dan mencoba menemukan kembali harapan? Pertanyaan itu menjadi inti film Tukar Takdir, karya terbaru sutradara Mouly Surya, yang kini mendapat sambutan hangat penonton sejak tayang di bioskop pada 2 Oktober lalu.
Suasana Studio 4 XXI Empire Yogyakarta mendadak riuh pada Selasa (7/10/2025) petang. Ratusan penonton yang baru saja larut dalam kisah duka dan pencarian makna di film Tukar Takdir tak menyangka akan disapa langsung oleh para pemerannya—Ariyo Wahab, Marsha Timothy, Revaldo—bersama sang sutradara, Mouly Surya.
“Bagaimana filmnya, bagus enggak?” sapa Ariyo Wahab sambil tersenyum ketika tiba-tiba masuk dari pintu keluar studio. Kehadiran mereka seusai penayangan menjadi kejutan manis yang disambut dengan tepuk tangan panjang dan sorakan penonton.
Film berdurasi dua jam ini diadaptasi dari cerpen Diulang Sayang karya Fahlian Budi, bagian dari kumpulan cerpen Tukar Takdir. Cerita film berpusat pada tokoh Rawa, penyintas kecelakaan pesawat yang hidupnya berubah setelah tragedi, dan orang-orang di sekitarnya yang turut bergulat dengan kehilangan.
Bagi Mouly Surya, Tukar Takdir merupakan tantangan artistik dan teknis sekaligus. Ia mengaku langsung tertarik saat ditawari untuk mengadaptasi buku karya Fahlian Budi oleh produser Chan Farwais dari Star Vision.
“Saya memang suka sekali dengan dokumenter Aircrash Investigation. Jadi ketika ditawari buku ini oleh Pak Chan Farwais dari Star Vision, saya langsung merasa cocok,” ujar Mouly.
Namun, proses produksi film ini jauh dari mudah.
“Bagian teknisnya sangat berat. Kami membuat storyboard untuk setiap shot, melakukan riset, dan memadukan pengambilan gambar nyata dengan efek visual. Ada adegan yang kami ambil di pesawat sungguhan, set studio dengan mesin hidrolik, hingga visual effects,” jelasnya.
Pendekatan visual yang detail itu memperkuat nuansa tegang dan emosional film. Setiap gerak kamera dan tata cahaya dirancang untuk mencerminkan trauma, kehilangan, serta usaha tokoh-tokohnya mencari keseimbangan setelah bencana.
Para pemain pun dituntut melakukan pendalaman peran intensif agar mampu membawa emosi yang kompleks. Ariyo Wahab, yang berperan sebagai Purwanto—seorang petinggi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)—mengaku harus mempelajari dunia investigasi kecelakaan secara langsung.
“Kami sempat bertemu langsung dengan kepala KNKT dan mengikuti workshop. Saya nggak mau cuma hafal dialog, tapi benar-benar paham konteksnya. Ini salah satu film yang bikin saya kerja keras lagi setelah sekian waktu,” kata Ariyo.
Sementara itu, Marsha Timothy yang memerankan karakter Dita menilai perannya tidak sesederhana tampilan luarnya.
“Dari luar memang kelihatan begitu, tapi sebenarnya itu bentuk ekspresi mencari keadilan dengan caranya sendiri. Ia ingin duka itu ‘dibayar’,” tuturnya.
Adapun Revaldo, pemeran Adam, menggambarkan karakternya sebagai sosok CEO yang berupaya menjaga citra perusahaan di tengah krisis.
“Membangun emosi di film ini jadi tantangan tersendiri. Karakter saya seperti CEO yang harus mengatur damage control dan publikasi. Dari sini saya belajar soal kerasnya dunia korporasi,” ujarnya.
Masyarakat Jogja Kembul Bujana di Nol Km, Sampaikan Pesan Persatuan dan Perdamaian |
![]() |
---|
BMKG Yogyakarta Prakiraan Cuaca Besok Rabu 8 Oktober 2025 |
![]() |
---|
Jadwal dan Lokasi Pemadaman Listrik DIY Besok Rabu 8 Oktober 2025 |
![]() |
---|
Pemda DIY Susun Rapergub Fasilitasi Pesantren Perkuat Aspek Keamanan Bangunan, IMB Tak Masuk |
![]() |
---|
Upacara HUT Ke-269 Kota Yogya, Hasto Wardoyo Canangkan Rekonstruksi Sosial |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.