Berita Klaten

Kasus Kematian akibat Leptospirosis di Klaten Tembus 22 Orang

Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten mencatat sebanyak 22 warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit leptospirosis

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com/Dewi Rukmini
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, Anggit Budiarto, saat ditemui di Pendopo Pemkab Klaten pada Senin (22/9/2025). 

Dinkes Klaten Bakal Perlebar Sasaran Sosialisasi kepada Gapoktan


Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini


TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten mencatat sebanyak 22 warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit leptospirosis.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten melalui Dinas Kesehatan pun terus menggalakkan sosialisasi kepada masyarakat untuk menekan penambahan kasus tersebut. 


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, Anggit Budiarto, mengungkapkan pihaknya berencana berkomunikasi dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten agar bisa memberikan sosialisasi kepada para petani dan buruh tani di Bumi Bersinar.


Lantaran, sebagian besar pasien yang terkena penyakit leptospirosis adalah kaum laki-laki yang merupakan petani maupun buruh tani. 


"Sebenarnya kami sudah gencar melakukan sosialisasi di ranah kami lewat bidan desa, Puskesmas, grup WA, grup RT/RW, dan Posyandu. Sesuai arahan Mas Bupati dan Pj Sekda, nanti ada satu sasaran lagi yakni dengan Gapoktan (gabungan kelompok tani) yang akan kami kerjasamakan bersama DKPP," ungkap Anggit kepada Tribun Jogja, Senin (22/9/2025).


Dia memaparkan hingga pekan lalu, tercatat ada sebanyak 115 kasus leptospirosis dengan 22 angka kematian di Kabupaten Klaten.

Dikatakan, sekitar 89 persen kasus leptospirosis itu menimpa warga Klaten yang bekerja sebagai buruh tani maupun petani. 


"Sekitar 81 persen pasien penyakit leptospirosis adalah laki-laki. Sebagian besar mereka berada usia produktif antara rentang 19-59 tahun, jumlahnya sekitar 61 persen. Jadi berdasarkan data, rata-rata pasien leptospirosis berada di usia produktif, dewasa, didominasi laki-laki," sebutnya. 


Menurutnya, angka kasus leptospirosis di Kabupaten Klaten paling banyak terjadi di Kecamatan Wedi dengan 16 kasus.

Dijelaskan, penyakit leptospirosis itu disebabkan oleh kencing tikus dan bisa menginfeksi tubuh manusia lewat luka yang terbuka. 


Oleh karena itu, dia mengimbau para petani dan masyarakat agar menggunakan alat perlindungan diri sebelum beraktivitas di tempat yang becek.

Di antaranya dengan menggunakan sepatu boot ataupun sarung tangan. 


"Karena proses penularan lewat luka-luka yang kadang kita tidak sadar kalau sedang memiliki luka. Kami sampaikan kepada masyarakat jika muncul gejala panas dua hari ditambah nyeri betis dan paha. Maka segera datang ke senter layanan kesehatan," pesannya. 


Gejala selanjutnya yang muncul pada pasien terinfeksi penyakit leptoapirosis yakni bola mata terlihat keruh disusul warna air kencing juga keruh. 


"Jangan menunda-nunda, kalau dua hari demam dan terasa nyeri di betis dan paha langsung bawa ke pusat layanan kesehatan. Karena kalau sampai lewat tujuh hari, dilakukan pemeriksaan RDT itu kadang sulit ditemukan penyebabnya, hasilnya bisa jadi positif palsu atau negatif palsu," lanjut dia.


Lebih lanjut, Anggit menuturkan rata-rata pasien yang meninggal karena penyakit leptospirosis dibawa ke fasilitas kesehatan dengan kondisi sudah terjadi gangguan di sejumlah organ dalamnya, semisal ginjal dan paru-paru. (drm)
 

--

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved