Catatan WPI Fellowship 2025: Bagaimana Amerika Mengubah Perspektif Saya tentang Jurnalisme

Perjalanan reporter Tribun Jogja berangkat ke Amerika Serikat untuk mengikuti World Press Institute (WPI) Fellowship 2025

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
KUNJUNGAN - Peserta WPI Fellowship 2025 mengunjungi sejumlah media di Amerika Serikat, seperti CNN, New York Times, Wall Street Journal, dan ProPublica 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM - Tidak banyak yang tahu, sebelum berangkat ke Amerika Serikat untuk mengikuti World Press Institute (WPI) Fellowship 2025, saya sempat diliputi rasa takut.

Takut tidak cukup hebat, tidak nyambung, hingga tenggelam di antara jurnalis dunia dari delapan negara lain. Namun, justru ketakutan itu akhirnya membuka ruang dalam diriku, untuk terus belajar, mendengar, dan bertumbuh.

Sore pertama saya menginjakkan kaki di Bandara Internasional Minneapolis-Saint Paul, rasa kantuk itu masih menempel di mata.

Perjalananku panjang, dari Yogyakarta menuju Singapura, dilanjut ke San Fransisco dan akhirnya mendarat di Minneapolis, tempat yang belum pernah kukunjungi sebelumnya.

Perbedaan waktu 12 jam antara Minnesota dan Yogyakarta membuat tubuh seperti kehilangan kompas. Jet lag datang tanpa ampun.

Udara Minneapolis yang dingin menusuk kulit sejak langkah pertama, seolah memaksa tubuh untuk beradaptasi lebih cepat dari pikiran.

Di rumah yang hangat, saya disambut oleh beberapa peserta fellowship yang sudah datang terlebih dahulu. Nina Svahn dari Finlandia, Janan Dural dari Bulgaria, Ian Froese dari Kanada dan Marcelo Silva de Sousa dari Argentina menyapa, memeluk dengan hangat sembari bertanya bagaimana perjalanan panjang saya.

Pembicaraan tak berlangsung lama. Saya harus pamit lebih cepat untuk beristirahat, meski saya masih ingin menunggu beberapa peserta lain yang belum tiba dan belum bertemu, seperti Eman Alsaeed dari Mesir dan Fransesca Canto dari Italia, juga Njoroge Muigai dari Kenya.

Di samping lampu meja yang redup, saya menarik napas panjang. Badan lelah, tapi pikiran campur aduk. Ini adalah mimpi yang menjadi nyata.

Saya masih tidak percaya bisa menjadi yang terpilih dari ratusan pelamar, mengisi satu dari sembilan kursi yang tersedia. Satu-satunya dari Asia, satu-satunya dari Indonesia.

Memulai Aktivitas di Minnesota

Program fellowship dimulai di Minnesota. Sembilan peserta diajak untuk mengenal media dan kampus yang ada di states tersebut, seperti Hubbard School of Journalism and Mass Communication University of Minnesota, Minnesota Star Tribune, Minnesota Public Radio, dan Hubbard Broadcasting.

Kami juga diajak untuk mengunjungi Minnesota Secretary of State, pejabat administrasi setingkat negara bagian yang bertugas mengurus pemilihan umum (pemilu) dan sejumlah pakar di kampus-kampus.

Di tiap kunjungan, saya mulai memahami bagaimana jurnalisme dan tata kelola publik bekerja di Amerika. Di Minnesota Star Tribune, kami melihat ruang redaksi yang bergerak cepat namun tetap teratur, dengan jurnalis-jurnalis senior yang berbagi cerita tentang tantangan mempertahankan kredibilitas di era digital.

Minnesota Public Radio memberikan pengalaman berbeda. Ruangan yang lebih tenang, suasana kerja yang lebih kontemplatif, dan penjelasan bagaimana audio journalism tetap bertahan, bahkan tumbuh, di tengah banjir informasi. 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved