Jelang Hari Guru, UNU Jogja Fasilitasi Guru Ciptakan Konten Digital untuk Kemajuan Pendidikan

Tantangan terbesar guru bukan hanya menguasai teknologi, tetapi menjaga relevansi dirinya di era digital.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
Seminar Nasional Hari Guru 2025: Guru dan Pelajar Kreatif Menguasai Konten Digital’ yang digelar di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta bersama GuruInovatif.id, di Kampus UNU Jogja, di Dowangan, Gamping, Sleman, DIY, Jumat (21/11/2025) 

"Kita berharap generasi muda mampu memilah dan memilih supaya konten digital dapat bermanfaat. Ambil yang positif, yang negatif difiter, sehingga digitalisasi mampu menguatkan pendidikan Indonesia," katanya. 

Seminar ini menghadirkan Aulia Rizsa Wirizqi,  seorang kreator konten yang dikenal dengan nama beken Aulion.

Ia berbagi strategi memanfaatkan desain-desain visual untuk menciptakan konten bertema pendidikan secara kreatif, menarik, dan memiliki daya saing di dunia digital.  

Acara ini diikuti ratusan peserta dari kalangan guru  dan pelajar secara daring dan luring di kampus UNU Jogja.

Secara terpisah, dalam memaknai Hari Guru Nasional yang jatuh pada 25 November, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNU Jogja Mustaghfiroh Rahayu menambahkan, saat ini guru dituntut menjadi pengajar, pembimbing, penggerak, dan sekaligus penjaga nilai, di saat yang sama, di era digital.

Untuk itu, guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. "Pelatihan yang berkelanjutan, komunitas belajar yang hidup, serta dukungan institusi yang nyata akan membuat guru tidak berjalan sendirian. Teknologi perlu diperlakukan sebagai sahabat, bukan beban; alat bantu, bukan pusat dari segalanya," ujarnya.

Menurutnya, dunia pendidikan di era digital menghadapi tantangan yang jauh lebih besar daripada sekadar koneksi internet dan ketersediaan perangkat.

Tantangan terbesar adalah memastikan bahwa digitalisasi tidak menghilangkan jati diri pendidikan itu sendiri.

"Kita sedang memasuki masa ketika informasi begitu berlimpah, tetapi kebijaksanaan semakin langka. Ketika teknologi dapat mempercepat pembelajaran, tetapi sekaligus memperlebar jurang mereka yang memiliki dan yang tidak memiliki akses. Ketika kecerdasan buatan mampu membantu, tetapi tidak pernah bisa menggantikan sentuhan kemanusiaan dalam mendidik," papar Ayu, sapaannya.

Karena itu, menurut dia, solusinya harus bersifat menyeluruh. Kita perlu menguatkan literasi digital, bukan hanya kemampuan menggunakan perangkat, tetapi juga kemampuan memilah makna, menjaga etika, dan membangun karakter. 

"Kita harus memastikan pemerataan akses, agar tidak ada satu pun anak bangsa yang tertinggal hanya karena wilayah dan keadaan. Dan kita perlu merumuskan kurikulum yang tidak hanya menyiapkan siswa menghadapi dunia digital, tetapi juga menjadi manusia yang utuh di dalamnya," tuturnya.

Ia menegaskan, teknologi akan berubah, tetapi misi pendidikan tetap sama: membentuk manusia yang beradab, berilmu, dan berakhlak. "Di era digital sekalipun, nilai kebijaksanaan dan kemanusiaan itulah yang harus tetap kita jaga sebagai nafas dari seluruh proses pendidikan. Akhlak dan kebijaksanaan menjadi fondasi penting dalam proses pendidikan di era sekarang dan terus menjadi mercusuar dalam proses pendidikan di UNU Jogja," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved