Sawung Jabo dan Sirkus Barock: Setengah Abad Menyuarakan Kesaksian Jalanan

Jabo selalu menulis lagu dengan cara jujur. Ia tak tertarik sekadar menanggapi peristiwa besar, tetapi lebih suka menangkap denyut kehidupan

Penulis: Santo Ari | Editor: Yoseph Hary W
Istimewa
SIRKUS BAROCK: Penampilan Sawung Jabo dan beberapa personel Sirkus Barock di Tembi Bantul 

Ringkasan Berita:
  • Sudah 49 tahun Sawung Jabo dan Sirkus Barock berkarya, menyuarakan kritik, dan perenungan tentang kehidupan.
  • Jabo menulis lagu dengan cara jujur, tidak tertarik menanggapi peristiwa besar, tetapi lebih suka menangkap denyut kehidupan setiap hari.
  • Menjelang usia 50 tahun Sirkus Barock, Jabo kembali merangkum perjalanannya lewat konser bertajuk Kesaksian Jalanan.
  • Konser akan digelar di Gedung Gha Budaya, Taman Budaya Embung Giwangan, Yogyakarta pada Minggu 16 November 2025.

TRIBUNJOGJA.COM - Empat puluh sembilan tahun bukan waktu singkat untuk terus menyalakan semangat yang sama. Di tangan Sawung Jabo, Sirkus Barock tidak pernah berhenti menjadi ruang bagi suara, kritik, dan perenungan tentang kehidupan. 

Dari masa ke masa, karya-karyanya hadir sebagai bentuk kesaksian, bukan hanya terhadap dunia musik, tapi juga terhadap kehidupan sosial di sekitarnya.

Jabo selalu menulis lagu dengan cara yang jujur. Ia tidak tertarik sekadar menanggapi peristiwa besar, tetapi lebih suka menangkap denyut kehidupan yang ia rasakan setiap hari. 

“Semua lagu relevan dengan keadaan negara, tapi saya tidak menjual kejadian besar, saya berusaha menangkap esensi, lalu saya olah dan tulis,” ujarnya. 

Menjadi saksi dan menyuarakan kembali

Ia melihat dirinya sebagai bagian dari masyarakat, seorang saksi yang mengamati dan menyuarakan kembali apa yang dilihatnya di jalanan.

Lahir di Surabaya pada 1951, Jabo mendirikan Barock di Yogyakarta tahun 1976, ketika ia masih menjadi mahasiswa Akademi Musik Indonesia.

Grup itu tumbuh dari kolaborasi lintas kampus, memadukan musik, puisi, dan teater ke dalam pertunjukan yang khas.

Memasuki pertengahan 1980-an, setelah Jabo pindah ke Jakarta bersama keluarganya, Barock berubah nama menjadi Sirkus Barock.

Dari situlah lahir tradisi konser tahunan di Taman Ismail Marzuki yang berlangsung hampir sepuluh tahun.

Album Anak Setan yang dirilis pada 1986 menjadi tonggak awal perjalanan panjang mereka. Musik Sirkus Barock dikenal karena kedalaman lirik dan kekuatan pesannya, sebuah cerminan dari cara Jabo memandang kehidupan. 

“Aku masih suka nulis lagu tentang cinta, tentang kehidupan, apa yang aku lihat di jalan, aku analisa, aku renungkan, dan aku sampaikan,” katanya.

Namun di balik idealisme itu, Jabo selalu menekankan pentingnya makna hidup. Ia tidak memandang musik semata sebagai pekerjaan, melainkan sebagai cara untuk menjalani pilihan hidup. 

“Hidup bukan hanya sekadar bernafas. Kalau cuma sekadar bernafas ya selesai, ngapain kita lahir. Aku ingin hidup ini ada gunanya,” ucapnya. 

Dari prinsip itu lahir karya-karya yang tidak lekang oleh waktu, sekaligus memperlihatkan keberanian untuk tetap jujur di tengah perubahan zaman.

Konser kesaksian jalanan

Kini, menjelang usia 50 tahun Sirkus Barock, Jabo kembali merangkum perjalanannya lewat konser bertajuk “Kesaksian Jalanan”.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved