Progres Pembangunan Dam Groundsill Srandakan Secara Permanen Capai Lima Persen

Pembangunan sudah mencapai lima persen dengan fokus pekerjaan pada groundsill utama. Sebab, rencananya akan ada dua groundsill.

Dok. Tangkapan Layar IG Pemkab Bantul
Suasana pembangunan sabo dam atau groundsill Srandakan, di Sungai Progo, Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul, baru-baru ini. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL  -  Sabo dam atau groundsill Srandakan, di Sungai Progo, Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul, mulai dibangun permanen. Pembangunan dilakukan usai groundsill Srandakan jebol pada beberapa bulan yang lalu dan mengakibatkan debit air sumur-sumur warga setempat menjadi kering.

Koordinator Teknik Penyedia Jasa atau Kontraktor Pembangunan Groundsill Srandakan, Bagus Tri, mengatakan, sejauh ini, pembangunan sudah mencapai lima persen dengan fokus pekerjaan pada groundsill utama. Sebab, rencananya akan ada dua groundsill.

"Kalau groundsill sebelumnya kan hanya satu dam saja. Nah, kalau pembangunan yang saat ini ada dua dam, sehingga nanti lebih stabil dengan debit air Sungai Progo yang besar dan usia atau struktur bangunan menjadi lebih aman," ucapnya, kepada Tribunjogja.com, Kamis (30/10/2025).

Lanjut Bagus, pengerjaan saat ini dilakukan pada groundsill utama sebelah kanan dengan panjang 174,5 meter. Setelah itu, beranjak ke bagian lantai. Selanjutnya, pengerjaan akan diteruskan pada groundsill kedua.

"Untuk saat ini, aliran sungai kami flow ke sisi sebelah kiri sungai untuk sementara," kata Bagus. 

Secara kontrak, pembangunan itu berlangsung sampai Desember 2026 dan menelan anggaran senilai Rp213 miliar. 

Di sisi lain, ia mengakui bahwa kondisi cuaca hujan yang berlangsung selama beberapa waktu terakhir berdampak pada proses pembangunan groundsill Srandakan. Maka dari itu, pihaknya menggunakan early warning system (EWS) atau pantauan cuaca, berupa automatic rainfall recorder (ARR) dan automatic water level recorder (AWLR). 

"Jadi, sewaktu-waktu muka air itu naik, otomatis pekerjaan kita hold (berhenti) dulu. Tapi, kalau selama muka air itu aman, kami masih lanjut terus," tutur Bagus.

Pihaknya berharap pembangunan groundsill Srandakan itu bisa mengamankan jembatan Srandakan yang menghubungkan Kabupaten Bantul dan Kulon Progo. Selain itu, sumur-sumur yang kering dikarenakan dam atau groundsill Srandakan yang jebol, diharapkan bisa kembali tidak mengering.

"Karena permukaan air ini berpengaruh besar dengan sumur masyarakat yang ada di sekitar sungai. Jadi, salah satunya, harapan atau output-nya bisa mengembalikan debit air sumur warga di sebelah kanan yakni Kalurahan Brosot, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo," paparnya.

Selain itu, diharapkan pula perbaikan groundsill Srandakan bisa mengamankan lahan pertanian masyarakat dan mengamankan permukiman masyarakat. Pasalnya, tebing atau pinggir Sungai Progo itu ada yang tergerus.  

Artinya akan ada dampak positif berkelanjutan setelah dibangun dam atau groundsill Srandakan. Akan tetapi, pihaknya juga berharap agar pemerintah pusat dan daerah bisa bersinergi terkait pemeliharaan groundsill dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

"(Di dekat groundsill Srandakan ada penambangan pasir) yang sangat berdampak pada groundsill Srandakan. Saya kurang paham ya apakah itu legal atau ilegal. Jadi, dengan adanya penambangan pasir, lama kelamaan original ground level terdampak, sehingga terjadi deformasi," tuturnya.

Disampaikannya, pasir di Sungai Progo merupakan pasir lepas. Kemudian, apabila terdapat cekungan di hilir atau berjarak sekitar 100 meter dari groundsill Srandakan dikarenakan aktivitas penambangan pasir, maka ketika ada aliran air besar akan menggerus atau berdampak di groundsill Srandakan.

"Jadi ya mari sama-sama menjaga groundsill Srandakan kalau besok groundsill Srandakan sudah jadi dibangun," pinta Bagus.(nei)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved