Nasib Pedagang di Pasar Klithikan Pakuncen yang Kian Sepi Pengunjung
Jika dulu identik dengan tempat mencari barang bekas, kini lebih sering menjadi tujuan orang untuk menjual barang-barang lama mereka.w
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pasar Klithikan Pakuncen, yang terletak di Jl. HOS Cokroaminoto No.34, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, kini menghadapi tantangan besar.
Pusat perbelanjaan yang terkenal dengan beragam dagangan barang bekas tersebut belakangan mulai sepi pembeli.
Menurut penuturan Bagus (38), salah seorang pedagang di sana, kelesuan ini sangat terasa sejak pandemi COVID-19 melanda.
"Sebelum COVID-19 itu masih ramai, setelahnya malah habis (pembeli)," keluhnya, menggambarkan penurunan drastis jumlah pengunjung (30/09/2025).
Hal serupa dirasakan Ayu (29), pedagang lain di Pasar Klithikan Pakuncen.
Ia mengaku sehari-hari hanya dua sampai tiga pelanggan yang datang mencari barang dari tokonya.
Itupun lebih sering bukan untuk membeli, melainkan menjual barang bekas yang sudah tak terpakai.
“Kadang barang bekasnya daripada dibuang, mereka jadinya jual ke sini,” ujarnya saat ditemui (30/09/2025).
Fenomena ini memperlihatkan pergeseran fungsi Pasar Klithikan.
Jika dulu identik dengan tempat mencari barang bekas, kini lebih sering menjadi tujuan orang untuk menjual barang-barang lama mereka.
Banyak kios yang akhirnya memilih tutup karena pemasukan tak lagi menutup biaya operasional.
Kios-kios yang masih buka pun harus berjuang keras mempertahankan napasnya di tengah arus perubahan gaya belanja masyarakat yang kini banyak beralih ke platform daring.
Namun, para pedagang yang bertahan di Pasar Klithikan Pakuncen tetap menunjukkan sikap optimis.
Mereka kini beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi, yaitu dengan mulai membuka akun layanan di berbagai platform daring.
Para pedagang mengakui bahwa marketplace mampu menjangkau lebih banyak pelanggan.
Cara ini cukup efektif, bahkan beberapa pelanggan yang awalnya berbelanja daring akhirnya menjadi langganan dan sering berkunjung langsung ke kios di pasar.
Bagi Ayu, marketplace memang menjadi satu-satunya cara agar kegiatan jual-beli dapat terus berlangsung di tengah kondisi pasar yang sepi pengunjung seperti saat ini.
Strategi Berburu Rezeki di luar Pasar
Untuk menyiasati sepinya Pasar Klithikan Pakuncen, pedagang seperti Ayu kini aktif mencari peluang di luar.
Ia sering mendaftarkan usahanya untuk berpartisipasi dalam pameran-pameran besar yang diadakan di sekitar DI Yogyakarta.
Ayu menuturkan bahwa mengikuti event semacam ini adalah keputusan yang tepat.
"Terakhir ikut di Pasar Kangen kemarin (18 - 24 September 2025)," jelasnya (30/09/2025).
Ia mengakui, berjualan di acara-acara seperti itu jauh lebih laris dibandingkan hanya menunggu pembeli datang ke kios pasar yang kian lengang.
Pengalaman berdagang di pameran menunjukkan hasil yang signifikan.
Ayu bercerita, saat membuka lapak di pameran, barang yang paling diburu pembeli adalah cincin dan koleksi buku-buku tua.
“Cincin dan buku lama itu cepat sekali habis,” cerita Ayu saat ditanya mengenai dinamika membuka lapak di event besar (30/09/2025).
Di tengah sepinya pengunjung, para pedagang di Pasar Klithikan Pakuncen menunjukkan ketahanan yang luar biasa.
Mereka tidak hanya berdiam diri, melainkan beradaptasi dengan cepat, memindahkan etalase barang bekas mereka ke platform daring dan aktif mengikuti pameran di luar pasar.
Upaya ini membuktikan bahwa semangat berdagang barang bekas di Yogyakarta tetap hidup.
Dengan strategi baru, Ayu, beserta pedagang lainnya berjuang keras memastikan usaha mereka terus berjalan.
Sembari menyesuaikan diri dengan perubahan perilaku belanja masyarakat di era modern. (MG|AXEL SABINA RACHEL RAMBING).
Baca juga: Menjelajah Pasar Klithikan Pakuncen Yogyakarta, Mulai dari Onderdil Bekas Hingga Pakaian Bekas
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.