Depo Nyaris Overload, Unit Pengolahan Sampah di Kota Yogyakarta Kerja Lembur

Wali Kota Yogyakarta, Hasto wardoyo, menyebut kondisi sebagian besar depo yang belakangan sudah melebihi kapasitas, harus dinormalkan kembali.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
Pengendara sepeda motor melintasi depo sampah di kawasan Pengok, Kota Yogya, yang tampak melebihi kapasitas, Selasa (9/9/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Optimalisasi mesin pembakar sampah atau insinerator ditempuh Pemkot Yogyakarta untuk mengantisipasi penumpukan limbah di depo, atau tempat penampungan sementara.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menuturkan kondisi sebagian besar depo yang belakangan sudah melebihi kapasitas, harus dinormalkan kembali.

"Kami akan kerja keras, lembur, insinerator saya minta untuk bisa di-overtime-kan. Meskipun, kalau di-overtime-kan kadang-kadang alat itu bisa rusak ya, tapi kita coba," katanya, Jumat (12/9/2025).

Mantan Kepala BKKBN RI itu menyampaikan, dalam situasi normal, unit pengolahan sampah yang dimiliki Pemkot Yogyakarta hanya mampu menangani lebih kurang 190 ton limbah per hari.

Mengingat kondisi saat ini sudah cenderung urgent, mau tidak mau, kapasitas pengolahan sampah harus dinaikkan, sembari budaya pemilihan di level hulu semakin digencarkan.

"Kita hari ini akan menyelesaikan 300 ton. Walaupun biasanya hanya bisa sekitar 190 ton. Saya punya momentum 7 Oktober. Mudah-mudahan (depo bisa normal), meskipun tidak mudah," ujarnya.

Bukan tanpa alasan, Pemkot Yogyakarta kini tidak lagi memiliki keleluasaan untuk membuang sampahnya menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, yang berlokasi di Kabupaten Bantul.

Baca juga: Wayang Jogja Night Carnival 2025 Ditiadakan, Wali Kota Yogya Beberkan Alasannya

Sehingga, kondisi sekarang tentu sangat berbeda dibanding tempo hari, pada masa-masa awal dirinya menjabat sebagai Wali Kota Yogyakarta.

"Kalau dulu kan masih diberi keleluasaan di Piyungan, waktu saya baru dilantik, sampai 100 hari kerja, masih ada keleluasaan. Sehingga kita bisa membersihkan semua depo," ungkap Hasto.

"Tapi, hari ini kita hanya bisa membawa ke Piyungan itu dalam sebulan hanya sekitar 600 (ton), sehingga kami harus intensifkan kerjanya (unit pengolahan sampah)," tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, sekitar 2.000 ton sampah masih tertahan di deretan depo atau tempat penampungan sementara di Kota Yogyakarta.

Dengan kuota pembuangan menuju TPA Piyungan yang semakin menipis, membuat Pemkot Yogyakarta otomatis harus memutar otak.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Rajwan Taufiq, mengatakan kondisi tersebut membuat depo saat ini nyaris overload.

Ia pun mengungkapkan, sampai Desember 2025 mendatang, pihaknya hanya mendapat kuota pembuangan di TPA Piyungan sekitar 2.400 ton saja.

"Jadi, jatah pembuangan dari Kota Yogyakarta ke Piyungan per bulannya hanya 600 ton," katanya, saat dikonfirmasi, Selasa (9/9/2025).

Padahal, dalam satu hari, produksi sampah di Kota Yogyakarta masih menyentuh 260 ton sampai dengan 300 ton kala momen libur panjang.

Dari jumlah tersebut, sampah yang dapat terkelola melalui beberapa Unit Pengolahan Sampah (UPS) milik pemerintah hanya sekitar 190 ton per hari.

"Berarti, ada gap kurang lebih 50-70 ton. Makanya, di depo sekarang ini masih ada (tumpukan sampah) sekitar 2.000 ton," cetus Rajwan. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved