ISI Yogyakarta Wisuda 689 Lulusan, Rektor Tekankan Seni sebagai Penggerak Ekonomi

Wisuda kali ini terdiri dari 512 lulusan sarjana, 68 lulusan sarjana terapan/diploma IV, 101 lulusan magister, dan 8 lulusan doktor

TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Rektor ISI Yogyakarta, Dr Irwandi, S.Sn., M.Sn. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta meluluskan 689 wisudawan pada Sidang Senat Terbuka Wisuda Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025 yang digelar pada Kamis (11/9/2025).

Para lulusan berasal dari jenjang sarjana, sarjana terapan, magister, hingga doktor.

Rektor ISI Yogyakarta, Dr Irwandi, S.Sn., M.Sn., menyampaikan, wisuda kali ini terdiri dari 512 lulusan sarjana, 68 lulusan sarjana terapan/diploma IV, 101 lulusan magister, dan 8 lulusan doktor. 

Fakultas Seni Rupa dan Desain menjadi penyumbang lulusan terbanyak dengan 264 wisudawan, disusul Fakultas Seni Pertunjukan (213), Fakultas Seni Media Rekam (103), serta Program Pascasarjana (109).

Dari total lulusan, 216 orang memperoleh predikat cum laude. IPK tertinggi program magister diraih Damar Sasongko (S2 Seni) dengan 3,98; IPK tertinggi program sarjana diperoleh Mars Sailendra (S1 Desain Produk) dengan 3,91; sementara Dina Karuniasari dari D4 Desain Mode Kriya Batik mencatatkan IPK 3,91 di jenjang sarjana terapan.

Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn., menyampaikan rasa syukur sekaligus pesan khusus bagi para lulusan.

“Tentu kami merasa bahagia karena ISI Yogyakarta bisa meluluskan calon-calon kreator dan seniman yang nantinya diharapkan dapat berkontribusi di masyarakat. Pesan saya kepada mereka adalah agar selalu kreatif, inovatif, dan mampu memanfaatkan seni sebagai penggerak ekonomi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Irwandi menekankan bahwa seni tidak hanya soal ekspresi, tetapi juga bisa menjadi sumber daya ekonomi.

“Jadi seni tidak hanya soal keindahan, minat, bakat, dan ekspresi, tetapi juga bagaimana nilai-nilai seni yang dimiliki dapat menghidupkan ekonomi masyarakat. Saya meminta para lulusan menjadi garda depan dalam kemajuan tersebut,” ujarnya.

Dalam situasi saat ini, menurut Irwandi, tantangan dunia kerja semakin besar karena kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang tidak menentu. Karena itu, lulusan ISI diharapkan mampu menjadi pencipta lapangan kerja, bukan hanya pencari kerja.

“Saya berharap mereka bisa menjadi inisiator. Tidak semata-mata mencari pekerjaan atau bekerja pada orang lain, meskipun itu tetap ada, tetapi jangan bergantung. Mereka justru bisa menciptakan peluang untuk orang lain,” jelasnya.

Hasil tracer study ISI Yogyakarta menunjukkan hampir setengah dari alumni memilih jalur mandiri.

“Data tracer study tahun 2024 menunjukkan bahwa lulusan ISI Yogyakarta telah hadir sebagai seniman, desainer, wirausahawan, pendidik, dan profesional yang menghidupkan ruang-ruang kreatif. Inilah bukti nyata bahwa pendidikan seni bukan sekadar mencetak pencipta karya, melainkan juga pencipta perubahan,” ujar Irwandi.

Menurut Irwandi, salah satu bidang yang masih belum banyak digarap lulusan seni adalah konten digital.

Menurutnya, era sekarang membuka peluang besar bagi lulusan ISI untuk masuk ke ranah konten kreator.

“Sekarang ini eranya digital. Dunia sudah menyediakan satu kanal yang besar, yaitu konten kreator. Ini bisa dimanfaatkan, terutama konten seni. Konten-konten seni sebenarnya sangat menarik dan bisa dikemas sedemikian rupa sehingga dapat dimonetisasi. Kalau kita lihat, konten yang populer biasanya politik, mode, atau agama. Nah, seni—padahal kita punya kekayaan seni dan budaya yang luar biasa—masih jarang disentuh secara maksimal. Ini bisa sekali dijadikan peluang,” paparnya.

Ia menambahkan, peran alumni sangat penting dalam membangun jejaring dan kontribusi untuk kampus. 

Selain keahlian seni, ISI Yogyakarta membekali mahasiswa dengan softskill dan jiwa kewirausahaan.

Melalui Unit Pengembangan Karir dan Kewirausahaan, kampus secara reguler mengadakan workshop dan menyediakan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) dengan bantuan modal usaha.

“Program ini diharapkan mampu menumbuhkan jiwa entrepreneurship mahasiswa sehingga setelah lulus, mereka tidak harus bekerja di institusi tertentu, melainkan mampu menciptakan lapangan kerja melalui usaha sendiri,” kata Irwandi.

Ia menegaskan, seni tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi estetik, tetapi juga penggerak ekonomi, pencipta lapangan kerja, dan perekat sosial. 

“Ingatlah, setiap karya yang Saudara hasilkan memiliki daya ubah. Ia bisa membuka peluang baru, menggerakkan ekonomi lokal, sekaligus memberi harapan bagi masyarakat. Jadilah pencipta yang berani mengambil risiko, inovator yang mampu membaca zaman, dan insan seni yang memberi makna bagi orang lain,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved