TRIBUNJOGJA.COM- Sulawesi kembali menjadi sorotan dunia arkeologi.
Pada Agustus 2025, tim peneliti gabungan dari Indonesia dan Australia menemukan bukti penting berupa serpihan batu di Situs Calio, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.
Temuan ini mengungkap bahwa manusia purba atau hominin sudah mendiami Pulau Sulawesi sekitar 1,04 hingga 1,48 juta tahun lalu.
Bukti Tertua Hominin Menyeberangi Lautan
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature pada 6 Agustus 2025 ini dipimpin oleh Profesor Mark Moore, pakar peralatan batu dari University of New England (UNE) Australia.
Ia bersama timnya meneliti tujuh artefak batu berupa serpihan rijang (batu kapur silisifikasi).
Meski terlihat sederhana, Moore menegaskan bahwa serpihan tersebut jelas hasil bentukan dengan tujuan tertentu.
Potongan batu itu kemungkinan digunakan sebagai pemotong atau pengikis dalam kegiatan sehari-hari, misalnya untuk memproses makanan.
Bagi para arkeolog, hal ini menunjukkan adanya kecerdasan teknis pada manusia purba di Sulawesi.
Yang lebih mengejutkan, penanggalan fosil hewan yang ditemukan bersama artefak tersebut menunjukkan usia minimal 1,04 juta tahun, bahkan bisa mencapai 1,48 juta tahun.
Artinya, keberadaan hominin di Sulawesi terjadi jauh sebelum manusia modern datang ke wilayah itu, dan bahkan lebih awal dibanding bukti pemukiman di Flores yang berusia sekitar 1,02 juta tahun.
Misteri Migrasi Manusia Purba di Asia Tenggara
Penemuan ini merevisi pemahaman tentang kemampuan hominin.
Sebelumnya, para ilmuwan hanya mengetahui bahwa manusia purba di Asia Tenggara mampu menyeberangi selat sempit, seperti di Flores dengan jarak sekitar 24 kilometer.
Namun, Sulawesi dikelilingi lautan dalam sejauh lebih dari 300 kilometer dari pulau terdekat.
Fakta bahwa hominin bisa sampai ke Sulawesi menunjukkan bahwa mereka berani menyeberangi laut lepas, kemungkinan dengan rakit sederhana.
Temuan ini membuka diskusi baru yakni siapa sebenarnya pembuat artefak tersebut?
Ada beberapa hipotesis yang pertama, pembuat artefak tersebut adalah Homo Floresiensis, manusia purba berukuran kecil yang mendiami Flores sekitar 1,02 juta tahun lalu.
Atau Homo luzonensis, spesies purba dari Luzon, Filipina, berusia 500–700 ribu tahun.
Namun, hingga kini para peneliti belum berani menyimpulkan secara pasti dan masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap lebih dalam tentang asal-usul pemilik artefak tersebut.
Baca juga: 7 Nama Spesies Manusia Purba dan Penjelasan Singkatnya
Artefak yang Mengubah Peta Evolusi Manusia
Situs Calio tidak hanya menambah catatan sejarah, tetapi juga memperkaya wawasan kita tentang perjalanan evolusi manusia purba.
Jika benar hominin mampu menyeberangi lautan dalam satu juta tahun lalu, maka kecerdasan dan kemampuan bertahan hidup mereka jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Penelitian ini sebenarnya merupakan bagian dari eksplorasi panjang yang dimulai sejak 1930-an dan dilanjutkan secara berkesinambungan sejak awal tahun 2000-an.
Hasil kolaborasi ini membuktikan pentingnya kerja sama lintas negara dalam mengungkap sejarah manusia.
Penemuan ini menunjukkan bahwa manusia purba tidak hanya mampu bertahan di daratan besar, tetapi juga berani mengeksplorasi pulau-pulau terpencil di Asia Tenggara.
Hal ini mempertegas bahwa migrasi manusia purba sudah terjadi jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
Dampak Penting bagi Pendidikan dan Pengetahuan
Bagi dunia pendidikan, temuan ini sangat berarti.
Sejarah evolusi manusia yang selama ini diajarkan di sekolah-sekolah perlu mendapat pembaruan berdasarkan bukti terbaru.
Fakta bahwa manusia purba sudah hadir di Sulawesi lebih dari sejuta tahun lalu mengajarkan kita tentang pentingnya ilmu pengetahuan dalam merevisi pemahaman lama.
Selain itu, penelitian ini bisa menjadi inspirasi bagi siswa dan mahasiswa untuk lebih mengenal bidang arkeologi, antropologi, dan sejarah Nusantara.
Indonesia ternyata menyimpan jejak penting dalam perjalanan panjang evolusi manusia dunia.
Penemuan artefak batu di Sulawesi bukan hanya sekadar temuan arkeologi, tetapi juga sebuah puzzle penting dalam sejarah manusia purba.
Dari tujuh serpihan batu sederhana, kita bisa belajar bahwa nenek moyang manusia memiliki kecerdasan, keberanian, dan kemampuan bertahan hidup luar biasa.
Dengan adanya temuan ini, Sulawesi resmi menjadi salah satu situs kunci dalam memahami bagaimana manusia purba menyeberangi lautan, beradaptasi, dan menyebar ke berbagai pulau di Asia Tenggara.
Sebuah bukti bahwa jejak peradaban sudah lebih tua dan lebih kompleks dari yang selama ini kita kira.
(MG/Sabbih Fadhillah)