Singkatnya, AC Milan siap untuk liga dan untuk tim Cremonese yang gagal tampil mengesankan di Coppa Italia, kalah adu penalti (dan poin) dari Palermo.
Strategi serangan
AC Milan memulai pertandingan dengan Leao sebagai penyerang palsu, jadi tanpa pemain nomor sembilan sejati.
Namun, ketika ia terpaksa keluar lapangan karena cedera, Santiago Gimenez masuk menggantikannya dan hal ini membuat Landucci, yang menggantikan Allegri yang terkena skorsing, sedikit mengubah keadaan.
Ini adalah tanda pertama AC Milan yang baru, sebuah ketidakjelasan mendasar yang bisa menjadi senjata tambahan melawan lawan yang tidak siap merespons.
Dengan kata lain, sulit untuk menentukan sistem taktisnya.
Rossoneri menerapkan formasi tiga bek, yaitu Tomori, Gabbia, dan Pavlovic, tetapi kemudian mereka membangun serangan dari belakang tanpa koordinat yang pasti.
Formasi ini tampak seperti 3-5-2, tetapi Pulisic memulai dari sisi kiri untuk menciptakan lini serang tiga bek, dengan Leao di tengah dan Saelemaekers, seorang penyerang tambahan, di kanan.
AC Milan awalnya menjadi tim yang lebih banyak menyerang dengan Saelemaekers daripada tim Estupinan, dengan Tomori berperan sebagai bek sayap/stopper ala Barzagli.
Mereka tidak pernah menerapkan lima bek, bukan hanya karena Bari tidak memaksa mereka, tetapi juga karena pilihan mereka untuk menghindari kehilangan pemain.
Pergeseran pemain
Ketika Leao meninggalkan lapangan, dengan Gimenez lebih ke tengah, Milan beralih ke formasi 4-3-3 yang lebih ortodoks, dengan Saelemaekers hampir sebagai pemain sayap, dan Ricci mengatur tempo antara dua pemain penyerang.
Loftus-Cheek berada di sisi kiri, bertugas bergerak ke tengah untuk menekan, sementara Fofana di sisi kanan, maju dan siap menembak.
Menghadapi gelombang tekanan ini, Bari tak bisa berbuat banyak.
AC Milan masuk dengan sikap yang tepat dan langsung memutuskan untuk menyamakan kedudukan dengan serangkaian serangan yang berbuah gol ketika Tomori melepaskan umpan silang ke kepala Leao dari sisi kanan.