Ruru bahkan senang memasak bersama teman sekamarnya yang berasal dari Malawi, sesekali menikmati makan siang di kampus dan hidangan Indonesia seperti nasi goreng dan menu lainnya.
“Rasanya manis, tapi lama-lama saya suka,” ujarnya.
Ketertarikan akademik Ruru terfokus pada parasitologi dengan orientasi biomedis.
Penelitian sarjananya membahas prevalensi Babesia canis dan Ehrlichia canis, dua jenis parasit darah pada anjing.
Dia melihat bahwa dibandingkan penelitian pada virus, bakteri, dan jamur, parasitologi terutama yang berkaitan dengan darah dan air masih kurang mendapat perhatian.
Selama dua tahun ke depan, di Fakultas Biologi UGM, ia ingin mengasah keterampilan di bidang biokimia dan metode laboratorium molekuler, memanfaatkan kekayaan biodiversitas Indonesia untuk perbandingan dengan Zimbabwe.
Seperti banyak mahasiswa internasional lainnya, Ruru sempat mengalami rasa rindu rumah, namun dukungan komunitas yang kuat dan rutinitas harian membantunya beradaptasi.
Momen terbaiknya sejauh ini adalah rasa kebersamaan dan bantuan konsisten yang ia terima dari teman-teman dan staf pengajar.
“Dosen dan teman di kampus sangat mendukung,” terangnya.
Setelah menyelesaikan studi magister nantinya, Ruru berencana kembali ke Zimbabwe untuk menjadi peneliti dan dosen idealnya di almamaternya.
Dia ingin berkontribusi pada pengembangan departemennya, meningkatkan praktik pengelolaan lingkungan, dan bekerja sama dengan lembaga seperti Badan manajemen lingkungan di Zimbabwe.
Perjalanannya menempuh studi magister di UGM mencerminkan kekuatan pertukaran akademik, kemampuan beradaptasi lintas budaya, dan tekad yang kuat.
Saat dia menjalani kegiatan di laboratorium dan ruang kuliah UGM, Ruru tidak hanya membangun masa depannya sendiri, tetapi juga membuka jalan bagi kolaborasi ilmiah yang lebih erat antara Zimbabwe dan Indonesia. (*)