“Kalau di tempat kerjaku, fokusnya ke pelayanan publik, jadi kalau untuk full WFA ya agak susah. Misalnya, nerima kunjungan dari mana, terus ada semacam layanan teknis uji laboratorium dan sebagainya ya susah," kata Argy.
Sementara itu, Rahma merasa lebih nyaman dengan sistem kerja hybrid.
Dengan demikian, kata dia, tidak ada porsi yang lebih dominan antara bekerja di kantor atau WFA.
“Kalau boleh jujur aku suka hybrid, kalau WFA terus enggak ketemu teman-teman kantor ada kalanya kaya bagaimana gitu. Tapi senang WFA juga bisa ganti suasana kerja dan fleksibel kan,” ungkapnya. (*)