TRIBUNJOGJA.COM - Pergulatan terkait kemarahan, kesedihan, hingga kehidupan yang tidak sesuai ekspektasi, seringkali berkecamuk di dalam kepala.
Sebagian orang menyadari, bahwa pikiran negatif tersebut berpengaruh buruk bagi tubuh, namun tidak tahu bagaimana cara untuk melepasnya.
Sebuah metode berjudul Access Bars pun menawarkan solusi, melalui rangkaian terapi sentuhan di 32 titik di kepala, untuk melepaskan elektromagnetik yang bersumber dari pikiran dan emosi.
Dengan sentuhan itu, tubuh akan melepas perasaan yang menganggu, untuk membantu meredakan stres, serta merilis ragam trauma dan depresi.
Tribun Jogja berkesempatan menjajal langsung terapi Access Bars yang dihadirkan di Gedung Pusat Desain dan Industri Nasional (PDIN) Kota Yogyakarta, Sabtu (24/5/25).
Dengan durasi selama 35 menit, klien pun tidak diminta atau dipaksa menggunakan pikirannya untuk mengeluarkan emosi, atau perasaannya.
Dalam posisi terlentang, dibarengi dengan sentuhan-sentuhan lembut di beberapa titik di kepala, segala beban seakan terilis dengan sendirinya.
Titik-titik yang disentuh tersebut, merupakan pusat dari kemunculan rasa ketakutan, kesedihan, kekhawatiran, kecemasan, kemarahan, dan lain sebagainya.
"Tubuh kita sangat pintar, begitu titiknya disentuh, otomatis akan melepas sendiri," terang Fasilitator Access Bars dari Indonesia, Fena Wijaya.
Meski demikian, ia menyebut, respons yang didapat masing-masing klien selepas mengikuti satu sesi Fasilitator Access Bars pun saling berlainan.
Yang pasti, ketika perasaan rileks bisa didapat sepanjang terapi, energi negatif yang lama mengendap di dalam tubuh bakal terhempas keluar.
"Misalnya ada kejadian yang membuat kita marah. Setelah bars, kejadiannya tetap ingat, tapi energi untuk marahnya itu sudah ngga ada. Jadi, bars melepaskan file-file yang tidak dibutuhkan," ungkapnya.
Menurutnya, dewasa ini Access Bars sudah mendapatkan tempat tersendiri, karena dianggap mampu memberikan dampak positif bagi fisik dan mental.
Walaupun belum terlalu populer, keberadaan Access Bars ternyata sangat diterima, khususnya di tengah masyarakat urban di kota-kota besar.
"Sekarang di Yogya sudah ada praktisinya. Lalu, di kota-kota besar lain, seperti Jakarta, Malang, Surabaya, Semarang, Bali, Medan, Batam, hingga Pekanbaru," jelasnya.