Temuan Kasus Antraks, Dinkes Gunungkidul Imbau Warga Tidak Menjual Daging Hewan Ternak yang Sakit

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - Penyakit Antraks

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul mengimbau kepada warganya untuk tidak menjual daging hewan ternak yang sedang dalam kondisi sakit.

Hal ini merespon adanya tiga warga di Kalurahan Tileng, Kapanewon Girisubo, yang dinyatakan positif terpapar antraks dari sapi mati, beberapa waktu lalu.

"Kami mengimbau kepada warga tidak boleh menjual ataupun menyembelih sapi yang sakit, apalagi ada gejala terserang Antaraks. Kami minta agar langsung menghubungi petugas untuk ditindaklanjuti sesuai dengan SOP-nya," papar Kepala Dinkes Gunungkidul, Ismono, saat dikonfirmasi pada Senin (14/4/2025).

Dia mengimbau warga melapor ke petugas kesehatan terdekat jika menemui warga yang menunjukkan tanda dan gejala seperti munculnya benjolan yang timbul dan gatal menyerupai gigitan serangga yang dengan cepat berkembang menjadi luka yang tidak nyeri dengan bagian tengah berwarna hitam.

Kemudian, terjadi pembengkakan di kelenjar getah bening yang sakit dan di dekatnya.

Terkadang, gejala mirip flu termasuk demam dan sakit kepala disertai kesulitan bernapas.

"Jika ada warga yg muncul gejala antraks untuk segera periksa ke Puskemas. Begitupun, dengan hewan ternak sapi yang sakit segera hubungi petugas kehewanan setempat," paparnya.

Baca juga: Pengawasan Ketat Lalu Lintas Ternak di Gunungkidul, Temuan Kasus Antraks

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, mengatakan terdapat 20 ekor sapi mati mendadak di Kalurahan Bohol, Kapanewon Rongkop, dan Kalurahan Tileng, Kapanewon Girisubo, pada Februari-Maret 2025 ini.

Puluhan sapi mati itu diduga karena terpapar Antraks.

"Ternak yang mati menunjukkan gejala persis dengan gejala penyakit antraks, sehingga sampel dari beberapa ternak yang mati ini sudah diambil untuk diuji di laboratorium, dan beberapa sample hasilnya positif antraks," tuturnya. 

Untuk langkah pencegahan, kata dia, saat ini pihaknya sudah melakukan pemberian antibiotik dan vaksinasi terhadap hewan ternak, utamanya di lokasi terpapar.

Pihaknya juga menggiatkan sosialisasi terkait komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat setempat.

"Sosialisasi ini juga memberikan edukasi terkait pelarangan pemotongan maupun penjualan ternak mati, serta pelaporan kasus yang ditemukan di lapangan," tandasnya. (*)

Berita Terkini