Alih-alih merasa tersinggung, Eka justru menganggap kritikan tersebut sebagai peluang untuk belajar.
"Saya senang mendapatkan kritikan. Jika tidak ada teguran, saya mungkin tidak akan tahu di mana letak kesalahan saya," kata Eka dengan sikap positif.
Eka mengaku kritik dari para ahli menjadi motivasi untuk terus berkembang.
Baginya, tanggapan tersebut menunjukkan kepedulian terhadap dunia batu permata yang semakin diminati masyarakat.
"Kritik itu seperti pelengkap atas kekurangan penjelasan saya. Hal ini mendorong saya untuk memberikan informasi yang lebih baik," tambahnya.
Salah satu alasan Eka membagikan pembelajarannya adalah karena ia menyadari masih banyak orang awam yang keliru memahami batu permata.
"Saya ingin mereka memiliki pengetahuan dasar sehingga tidak mudah tertipu, terutama saat melakukan transaksi," ujar Eka.
Eka juga membagikan pengalaman unik saat menghadapi klien dan makelar batu. Salah satunya, seorang klien meminta batu akik zamrud.
"Kami bingung karena akik dan zamrud adalah dua jenis batu yang berbeda," ceritanya.
Pengalaman lain yang berkesan adalah ketika seorang makelar menawarkan cincin dengan batu berwarna putih sambil menyebutnya ruby.
"Kami tahu itu bukan ruby, melainkan batu biasa," kata Eka sambil tersenyum.
Melalui Threads-nya, Eka berharap masyarakat semakin paham mengenai jenis, kualitas, dan karakteristik batu permata.
"Pengetahuan dasar bisa menjadi bekal untuk menghindari kerugian dalam transaksi," pungkasnya. ( Tribunjogja.com )