Program Makan Bergizi Gratis, Rp10.000 Dapat Menu Apa Saja di Jogja?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Pekerja di Satuan Pelayanan Makan Bergizi menunjukkan menu yang dimasak hari ini sebagai sampel makan siang gratis buat siswa.

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA- Presiden Prabowo menyebut anggaran untuk program Makan Bergizi Gratis sebesar Rp10.000 per anak. Selain anak, program tersebut juga menyasar ibu hamil.

Dengan dana Rp10.000, ada beragam menu yang bisa didapatkan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), seperti ayam, telur, tahu, tempe, lele dan pindang.

Di warung penyetan misalnya, uang Rp 10.000 bisa mendapatkan nasi lele, nasi ati, nasi ampela, nasi paha atas, dan nasi telur, tahu, tempe. 

“Tetapi nggak pakai sayur, cuma lalapan sama sambel aja, belum termasuk minum. Tetapi kan warung satu dan yang lain beda-beda,” kata Pemilik warung penyetan di Kota Yogyakarta, Isti (51) saat ditemui Tribun Jogja, Senin (02/12/2024).

Menurut dia, anggaran Rp 10.000 untuk makan sederhana masih tergolong wajar, minimal bisa untuk mendapatkan telur, tahu, dan tempe.

Di warungnya, ia mematok harga mulai dari Rp 10.000 hingga Rp15.000. 

“Uang Rp 10.000 masih bisa makan kalau di Jogja, paling nggak ya telur, tahu, tempe,” sambungnya.

Ia menilai program Makan Bergizi Gratis cukup baik, apalagi program tersebut merupakan janji kampanye Prabowo.

Namun demikian, ia berharap pedagang kecil sepertinya juga ikut dilibatkan untuk program tersebut.

Dengan begitu, program tersebut tidak hanya sekadar memenuhi gizi anak, tetapi juga meningkatkan ekonomi pedagang kecil.

Menu yang hampir sama juga didapatkan di warung rames milik Hartini (59). Dengan uang Rp10.000 konsumen bisa mendapatkan lauk ayam dan ikan pindang serta sayur.

Sementara untuk lauk telur, tahu, tempe, dan sayur, ia mematok harga Rp8.000 saja.

“Ya kalau Rp10.000 masih bisa makan di ramesan. Saya belanja di produsen langsung, sehingga bisa menjual lebih murah. Misalnya kalau di pasar itu harga ayam Rp37 ribu, saya beli cuma Rp30 ribu, selisihnya lumayan, bisa untuk beli yang lain,” ungkapnya.

Ia menyebut tantangan dalam mengelola tempat makan adalah harga bahan pokok yang fluktuatif. 

“Misalnya ayam, telur itu kan harganya naik turun ya. Jadi kalau pas harganya naik ngakalinnya dengan mengurangi nasi, supaya harganya tetap. Kalau harganya dinaikkan, takutnya memberatkan konsumen,” ujarnya.

Anggaran Dinilai Kurang

Program Makan Bergizi Gratis mendapat dukungan dari orangtua murid. Namun anggaran Rp10.000 dirasa masih kurang karena gizi kurang seimbang. Hal itu diungkapkan oleh Fika (35).

“Kalau sudah dapat karbohidrat, protein, buah, sayur sih nggak apa-apa. Tetapi kalau dapatnya telur, tahu, tempe, sudah dikatakan ada gizinya, tetapi kurang seimbang. Kalau saya sih mendukung, lebih baik daripada jajan, dan tepat sasaran,” ungkapnya.

Ia mengaku ada kekhawatiran soal kebersihan makanan. Sehingga harus ada pengawasan saat produksi. \

Menurut dia, program tersebut harus dilakukan oleh katering berpengalaman dan bersertifikat.

“Kalau misalnya anggaranya nggak cukup, mungkin bisa diutamakan ke sekolah-sekolah yang mayoritas anak-anak kurang mampu,” ujarnya.

Dukungan juga datang dari Rangga (32). Ia mendukung program tersebut, apalagi anaknya saat ini tengah duduk di bangku sekolah dasar.

Namun anggaran Rp 10.000 dirasa masih kurang.

“Setuju aja, asal menunya bergizi dan kontinu. Kalau Rp10ribu sepertinya kurang. Tapi kalau isi menunya udah lengkap dan bergizi, ya nggak apa-apa,” terangnya.

“Intinya mendukung sih, program baru pasti ada pro kontra, nanti ada evaluasi. Perlu ada komitmen dari pihak terkait juga,” imbuhnya. (maw)

Berita Terkini