“Karena saya suka hal-hal yang berbau oldschool, saya lihat orang yang ngengkol motor itu keren banget. Dan karena motor ini tak ada kick starter, maka saya tambahkan itu di motor saya,” katanya.
Beberapa detail kecil termasuk handle untuk rem tangan dan kopling pun ia ganti.
Menurutnya, handle dengan basic motor HD itu terlalu besar dan membuat terasa tidak nyaman jika harus bepergian jauh.
Maka ia ganti dengan handle flo yang lebih nyaman untuk tangan-tangan asia.
“Knalpot yang sebelumnya screaming eagle, tapi menurut saya terlalu sopan. Maka saya ganti pakai pipe muffler agar suaranya lebih gahar,” imbuhnya.
Untuk meningkatkan keamanan, kaliper yang semula 1 piston pun diganti dengan twin cam.
Agar lebih bertenaga, mesin evo berkapasitas 1400cc ia tambahkan iforcer yang merupakan teknologi penguat pengapian.
“Karena basic-nya evo tahun 98, meskipun belum terlalu tua, tapi saya merasakan motor saya agak lemot di putaran bawah. Dengan pakai penambah daya itu, motor saya lebih responsif,” bebernya.
Ke depan Brande masih ingin bereksplorasi dengan motornya tersebut. Karena ia penyuka motor chopper, maka ada keinginan untuk mengubah body.
Seperti mengganti tangki, spakbor depan belakang, termasuk rodanya.
“Pengen lebih oldschool lagi,” cetusnya.
Namun untuk saat ini, Brande bersama keluarga sudah cukup nyaman berkendara HD Dyna Wide Glide di dalam kota.
Meski ia mengaku tidak menggunakan motor ini bersama keluarga ketika harus melakukan perjalanan jauh.
Pun demikian, ia tetap tidak menepis bahwa untuk perjalanan di dalam kota, apalagi Yogyakarta yang macet dan penuh belokan, menggunakan HD tetap kalah nyaman dibandingkan mengendarai motor matic.
Dengan segala tipe dan konsekuensi mengendarai HD, ia pun menyarankan, bagi orang yang mau membeli HD harus mengetahui tujuan membeli moge tersebut.