TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Sekolah swasta biasanya menjadi pilihan terakhir para orang tua jika anak-anaknya tidak diterima di sekolah negeri.
Namun nampaknya hal itu tidak berlaku bagi SMP Sanjaya, Tepus, Gunungkidul ini.
Bagaimana tidak, saat penerimaan peserta didik baru (PPBD) 2024 lalu, sekolah yang berada di tepi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Gunungkidul ini tidak dilirik oleh calon siswa sama sekali.
Alhasil, tahun ini sekolah yang sudah berdiri sejak 1968 itu tidak mendapatkan murid baru.
Sekolah ini mengalami hal yang sama pada dua tahun lalu.
Sementara tahun 2023 lalu, sekolah ini hanya menerima 4 siswa saja.
Saat ini, SMP Sanjaya, Tepus, hanya memiliki 4 siswa dari tiga kelas.
Empat murid itu duduk di kelas 8. Sementara kelas 7 dan 9 tidak memiliki siswa sama sekali.
Minimnya jumlah siswa yang bersekolah ini membuat suasana sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Benediktus tak seperti sekolah pada umumnya, yang mana biasanya riuh dengan kegiatan para siswa siswa bermain ataupun belajar di kelas.
Sekolah ini cukup sunyi.
Meski hanya memiliki 4 siswa, guru dan pegawai sekolah tetap berjuang agar sekolah ini bisa bertahan dan mencetak lulusan-lulusan yang sukses.
Dikutip dari Kompas.com, SMP Sanjaya, Tepus saat ini dipimpin oleh Kepala Sekolah bernama Sutrem.
Saat wartawan datang ke sekolah ini, 4 murid kelas 8 yang bersekolah di SMP Sanjaya ini tengah mengerjakan pojok baca bersama dua guru perempuan.
Kondisi bangunan sekolah memang sudah terlihat usang.
Tembok sekolah sudah retak di beberapa bagian.
Cat berwarna biru pun sudah mulai pudar.
Tulisan di rektorat sekolah bertuliskan "Sanjaya Yayasan Bernadus SMP Sanjaya Tepus Gunungkidul" terlihat sudah kusam.
Pada tulisan "Sekolah" huruf K dan O pun sudah hilang.
Dua ring basket tampak sudah termakan usia dan berkarat.
Bangunan sekolah lama sudah dirobohkan karena proyek pembangunan JJLS beberapa tahun lalu.
Puing-puing bangunan dibiarkan berserakan di sisi kiri sekolah.
Sutrem mengakui tahun ini sekolahnya tidak mendapatkan murid sama sekali.
Saat ini sekolah hanya memiliki 4 siswa yang seluruhnya duduk di kelas 8.
Sementara kelas 7 dan 9 tidak ada murid.
"Tahun ini kami tidak dapat muri,. Total hanya ada 4 murid di kelas 8. Kelas 7 dan 9 tidak ada muridnya," kata Kepala Sekolah SMP Sanjaya, Sutrem ditemui kompas.com Selasa (23/7/2024).
Menurut Sutrem, sebelum tahun ajaran 2024/2025 dimulai, pihak sekolah sudah berusaha untuk mempromosikan sekolah ke beberapa sekolah dasar yang ada di wilayah Tepus dan sekitarnya.
Baca juga: 6 Contoh Naskah Pidato Tema Hari Kemerdekaan untuk Lomba Siswa SD, SMP dan SMA 2024
Sutrem mengaku keluar masuk ke SD-SD untuk sosialisasi dan memperkenalkan sekolahnya supaya ada calon siswa yang mendaftar pada PPDB 2024 lalu.
Namun tetap saja tidak ada calon siswa yang mendaftar ke sekolah yang sudah berdiri sejak puluhan tahun silam itu.
Para siswa baru lebih memilih untuk melanjutkan sekolahnya ke sekolah negeri dan swasta yang lokasinya tak jauh dari SMP Sanjaya.
Meski tidak mendapatkan siswa, Sutrem mengaku seluruh guru dan pegawai sekolah masih akan terus berjuang agar sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Benediktus ini tetap bertahan.
"Seluruh guru dan siswa di sini masih semangat untuk kedepannya," kata Sutrem.
Sutrem mengaku jumlah siswa yang bersekolah di SMP Sanjaya memang sudah menyusut sejak 2017 silam.
Kondisi itu membuat sekolah tidak mendapatkan bantuan operasional sekolah (BOS) dari pemerintah.
Untuk bertahan, pihak sekolah hanya mengandalkan dana dari yayasan dan sekolah sendiri.
Beruntung, saat ini operasional sekolah masih bisa dibackup dari ganti untung lahan sekolah yang terkena proyek pembangunan JJLS.
Dana dari ganti untuk proyek JJLS tersebut oleh pihak sekolah disimpan di koperasi yayasan.
Lalu bunga dana yang disimpan di koperasi itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekolah.
"Sampai saat ini masih aman," ucap dia. Pihaknya terus berupaya agar para lulusan SD mau bersekolah di SMP Sanjaya Tepus.
Sutrem memastikan para siswa tetap mendapatkan pendidikan sama seperti sekolah lainnya.
Meski ada keterbatasan peralatan internet karena sinyal cukup lemah.
Masa Kejayaan sekolah
Saat Sutrem memberikan penjelasan kepada wartawan, datang seorang pria yang sudah lanjut usia.
Kakek bernama Ignasius Sukarjo tersebut adalah kepala sekolah yang memimpin SMP Sanjaya sejak 1968 sampai tahun 2022 yang lalu.
Sukarjo pun menunjukan buku statistik sekolah.
Di dalam buku itu tercatat secara rapi jumlah siswa yang pernah bersekolah di SMP Sanjaya.
Ada ratusan murid dari berbagai latar belakang agama pernah mengenyam pendidikan di sekolah ini.
"Tahun 1992 jumlah muridnya mencapai 302 orang. Setiap kelas dibagi jadi tiga A, B, C (rombongan belajar sebutan saat ini)," kata Sukarjo.
Pensiunan guru SD negeri ini mengaku puluhan tahun bekerja dobel, selain sebagai guru, dirinya menjadi kepala sekolah SMP Sanjaya.
"Sudah banyak lulusannya, ada yang menjadi lurah, polisi, guru, dan masih banyak lagi," kata Guru yang saat ini mengampu Bahasa Jawa itu.
Dia menyebut, setiap beberapa tahun sekali anak didik berbagai latar belakang agama datang ke sekolah untuk reuni.
Pria yang setiap hari jalan kaki dari rumah ke sekolah sejauh 1 km ini hanya bisa berharap sekolah ini tetap bisa bertahan hingga selama mungkin. (*)