Siswa SMAN 1 Cawas Meninggal Kesetrum

Insiden Perayaan Ultah Berakhir Tragis di SMAN 1 Cawas, Ini Tanggapan Ketua LPA Klaten

Penulis: Dewi Rukmini
Editor: Muhammad Fatoni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Klaten, Ahmad Syakur, saat ditemui Senin (15/7/2024).

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Kasus perayaan ulang tahun berakhir tragis yang menewaskan Ketua Osis SMAN 1 Cawas, Fajar Nugroho (18), mendapat sorotan berbagai kalangan di Kabupaten Klaten dalam beberapa hari terakhir.

Insiden itupun menjadi perhatian nasional dan mendapatkan tanggapan dari sejumlah pihak, termasuk Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Klaten. 

Ketua LPA Kabupaten Klaten, Ahmad Syakur, mengaku pascakejadian langsung datang ke sekolah dan ikut memantau insiden tersebut bersama Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Dinsos P3APPKB) Kabupaten Klaten. 

Pihaknya juga ikut membangun komitmen dengan kepala sekolah dan mendiskusikan solusi serta penanganan masalah tersebut ke depan.

Ahmad menilai, insiden yang terjadi di SMAN 1 Cawas bukan bagian dari perilaku perundungan atau bullying

"Menurut kami, kasus di Cawas (SMAN 1 Cawas) itu bukan bagian dari perundungan. Akan tetapi penyebutannya bisa termasuk bentuk kekerasan yang dikarenakan kelalaian," kata Ahmad kepada Tribunjogja.com, Senin (15/7/2024).

Ahmad menjelaskan, bentuk kekerasan belum tentu bisa dikatakan sebagai perilaku perundungan.

Sebab, dijelaskan perilaku perundungan terjadi karena ada niatan (dari pelaku) untuk membuat seseorang tidak nyaman. 

Baca juga: Keluarga Ketua Osis SMAN 1 Cawas Tak Ambil Jalur Hukum, Polisi Terus Selidiki Penyebab Insiden

Biasanya perilaku itu dilakukan berulang-ulang oleh orang yang memiliki relasi kekuasaan tinggi terhadap seseorang dengan relasi kekuasaan lebih rendah.

Sehingga, biasanya korban perundungan tidak berani melapor karena ada relasi kekuasaan itu. 

"Jadi tidak semua kekerasan adalah bentuk perundungan. Apalagi kasus kemarin, relasi kekuasaannya ada ketimpangan karena korban adalah Ketua Osis. Cuma kami melihat, mereka melakukan kegembiraan yang berlebihan," jelasnya.

Meski begitu dalam kasus tersebut, Ahmad menilai perlu ada penekanan terkait mitigasi resiko sebagai bagian indikator sekolah ramah anak.

Ahmad menjabarkan bahwa sekolah harus bisa memitigasi resiko-resiko di tempat-tempat yang bisa menimbulkan bahaya bagi peserta didik (siswa).

"Jadi jelas itu bukan perundungan. Tapi mungkin ada kelalaian mitigasi resiko yang menimbulkan sakitnya orang bahkan kematian," paparnya.

Adapun mengenai insiden tersebut, Ahmad menyebut bakal melakukan pendampingan intensif terkait psikologis kepada para siswa yang terguncang (trauma). 

"Kami sudah langsung merapat ke sana dan melakukan pemetaan tindakan yang harus dilakukan. Termasuk memberikan pendampingan intensif dan itu sudah direkomendasikan ke Dinsos P3APPKB," pungkasnya. (*)

Berita Terkini