Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami inflasi 0,43 persen pada Maret 2023 (mtm), sementara inflasi tahun ke tahun (yoy) sebesar 2,95 persen, sedangkan inflasi tahun kalender (ytd) sebesar 0,80 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Herum Fajarwati mengatakan jika melihat dalam grafik sepanjang 2024, inflasi pada Maret 2024 merupakan inflasi tertinggi, bahkan pada Januari lalu DIY mengalami deflasi sebesar 0,02 persen.
Meningkatnya inflasi pada Maret 2024 ini terjadi karena mamasuki bulan Ramadan, sehingga kebutuhan makanan lebih tinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya.
Baca juga: Gerakan Pangan Murah yang Digencarkan Pemprov Jateng Membuahkan Hasil, Harga Sembako Mulai Turun
“Jika dilihat pada kelompok pengeluaran, yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasinya 1,23 persen, dengan andil inflasi 0,36 persen. Kelompok kedua yang mengalami inflasi tinggi adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang mengalami inflasi 0,56 persen dengan andil inflasi 0,03 persen,” katanya melalui keterangan secara daring, Senin (01/04/2024).
“Dari 11 kelompok pengeluaran ada 6 kelompok yang pada bulan Maret mengalami inflasi. Kemudian 5 lainnya relatif tidak mengalami perubahan,” sambungnya.
Ia mengungkapkan beras masih menjadi komoditas pendorong inflasi di DIY, meski andilnya tidak sebesar dibanding Februari 2024 lalu.
Hal itu karena DIY sudah mulai mengalami panen, sehingga harga beras pada akhir Maret mulai mengalami penurunan.
Pada bulan Maret ini, beras memberikan andil inflasi sebesar 0,10 persen.
“Tetapi karena awal Maret masih mengalami kenaikan (harga beras), sehingga beras masih mengalami inflasi. Kami berharap nanti di bulan April, terjadinya puncak panen raya, harga beras ini bisa stabil atau bahkan turun,” ungkapnya.
Komoditas lain yang turut mendorong inflasi adalah daging ayam ras yang memberikan andil 0,07 persen.
Kenaikan harga daging ayam ras memang sudah terlihat sejak Februari 2024 lalu, kemudian berlanjut hingga memasuki bulan Ramadan.
Hal serupa juga terjadi pada komoditas telur ayam ras, yang memberikan andil inflasi sebesar 0,05 persen. Komoditas lainnya seperti emas perhiasan, buncis, dan tomat memberikan andil inflasi masing-masing 0,03 persen.
Kemudian nangka muda, bawang merah, kacang panjang, bawang putih juga mengalami kenaikan harga, yang memberikan andil inflasi masing-masing 0,02 dan 0,01 persen.
“Sebaliknya, komoditas yang menghambat inflasi adalah cabai merah yang memberikan andil deflasi 0,08 persen, kemudian kelapa, angkutan udara cabai rawit, cabai hijau masing-masing memberikan andil deflasi sebesar 0,01 persen,” terangnya.