Allianz Indonesia Ajak Masyarakat Siap Hadapi Perubahan di Tahun Baru

Penulis: Tribun Jogja
Editor: Gaya Lufityanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Allianz Indonesia Ajak Masyarakat Siap Hadapi Perubahan di Tahun Baru

Bekerja dengan orang yang level kecerdasan emosinya tinggi, kita akan merasa lebih nyaman, tenang dan percaya diri.

Hal ini dikarenakan orang tersebut memiliki kompetensi personal dan sosial yang baik.

Kompetensi personal yaitu mampu memahami emosi yang dimiliki (self-awareness) dan mampu mengendalikannya dalam situasi sulit serta tetap profesional saat bekerja (self-management).

Orang yang memiliki self management yang baik, dapat mengelola perasaannya untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan kekhawatiran.

Justru ia bisa menerima perubahan dengan cepat dan memikirkan langkah ke depan.

Lalu ia juga memiliki kompetensi sosial yaitu mampu memahami perasaan orang lain (Empathy) dan memiliki keterampilan mengelola hubungan dan membangun dinamika tim yang efektif (social skills).

Sebaliknya jika kita bekerja dengan orang yang level kecerdasan emosinya rendah, kita juga akan ikut terbawa merasakan sesuatu yang tidak nyaman, malas, bahkan cemas karena orang tersebut memancarkan aura serta  emosi yang negatif.

“Di saat emotional brain kita merasakan sesuatu yang cukup dalam, rational brain lah yang membalikkan keadaan dan membawa kita kembali ke dunia nyata sehingga meskipun kita sedang merasa sedih, tidak nyaman, kecewa tapi kita tetap bangkit dan moving on. Pada saat mengalami perubahan, kita boleh merasa tidak nyaman, panik, sedih, kecewa, tapi tidak perlu berlarut-larut. Semua orang yang mengalami perubahan dan mengalami hal yang tidak menyenangkan pasti akan mengalami syok. Namun jika kita memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, kita bisa mengendalikan emosi tersebut dengan bijak,“ lanjut Analisa.

Psikolog muda yang akrab disapa Ana ini juga mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah sesuatu yang bisa dilatih dan distimulus dengan self-regulation.

Ana pun membeberkan tips untuk meregulasi perasaan sehari-hari supaya kita dapat menerima dan merangkul perubahan dengan baik:

1.     Setiap menghadapi sesuatu, amati dulu apa yang terjadi.

2.     Kenali emosi kita yang hadir, apakah marah, sedih, atau kecewa. Asah diri kita untuk melakukan rutinitas sederhana supaya kita bisa terkoneksi dengan emosi tersebut, misalnya tulis segala perasaan di notes atau cerita ke orang yang tepat. Hal ini dapat membuat kita sadar emosi apa yang sedang hadir dalam diri kita.

3.     Setelah itu kita bisa menerima dan mengelola emosi tersebut dengan menerapkan mindfulness dan melakukan respon delay. Sebelum meluapkannya, hitung mundur 10 detik untuk memikirkan dengan matang apakah respon yang akan kita berikan itu benar. Perlukah kita marah-marah? Menangis dan lainnya.

4.     Cobalah untuk membuka pandangan lebih jauh lagi dan lakukan reframe. Pahami bahwa ini adalah tantangan yang harus dihadapi. Semua orang bisa mengalami hal yang sama. Kita bisa memposisikan diri kita sebagai orang lain yang juga ikut merasakan perubahan. Inilah yang dapat membangun bonding dalam pekerjaan.

5.     Ambil nafas, step back, ingat kembali long term goals kita sehingga apapun yang kita hadapi, kita bisa mengatasinya dengan baik.

“Navigasi perubahan itu bukan tentang menekan emosi yang dirasakan dalam perubahan, tapi bagaimana kita bisa menggunakan emosi yang tepat di situasi yang tepat,” pungkas Analisa menutup sesi Ngobraz kali ini. ( Tribunjogja.com )

Berita Terkini