Ia memulai rutinitas pagi sekitar pukul 06.00 WIB untuk membersihkan kandang, menganti air minum, dan memberi makan bebek dengan pelet (pakan bebek).
"Jam 07.00 saya sudah berangkat ke kantor. Kalau siang hari pukul 12.00 WIB, gantian istri yang memberi makan bebek dan menganti air. Saya pakai sistem kandang kering, jadi air minum bebek ada di luar. Menurut saya itu lebih memudahkan dalam membersihkan kandang. Selain itu juga lebih bersih sehingga produktivitas bebek menjadi lebih baik," paparnya.
Dari beternak bebek itu, Aipda Wahyu bisa mengantongi omzet Rp1 juta setiap hari.
Apabila dikurangi biaya pakan, pendapatan bersih pria asal Kabupaten Blora, Jawa Tengah, itu bisa mencapai Rp500 ribu per hari.
"Tiap hari saya memanen sekitar 500 butir telur bebek. Telur itu saya jual per butir, ada yang grade A dan B (kecil) Rp2.200 per butir. Lalu, telur grade super (besar) Rp2.500 per butir. Biasanya yang grade super saya jual ke pedagang martabak di Magelang. Sebagian telur itu juga ada yang diolah menjadi telur asin dengan harga Rp2.500 - Rp3.000 per butir," terangnya.
Hingga kini, Aipda Wahyu masih gencar mensosialisasikan ternak bebek ke kepala desa, perangkat desa dan warga binaannya.
Ia berharap, warga di Kabupaten Purworejo bisa semakin berdaya secara ekonomi. (*)